Mohon tunggu...
Ninis
Ninis Mohon Tunggu... Freelancer - Aktivis Muslimah Balikpapan

Saya seorang Aktivis Muslimah di Balikpapan, penulis opini dan ibu dari 3 orang anak.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kekerasan Marak, Negara Gagal Melindungi Perempuan dan Anak

8 Juni 2023   05:12 Diperbarui: 8 Juni 2023   05:14 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak kerap menjadi headline pemberitaan media. Hampir setiap hari ada saja kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dengan berbagai alasan. Kasus tersebut ibaratkan fenomena gunung es, yang tidak melaporkan tentunya lebih banyak lagi. 

Menurut data hingga bulan Mei tahun 2023 sudah ada ratusan kasus yang tercatat. Kasus kekerasan hingga 1 Mei 2023 ini sudah ada 282 kasus. Rinciannya sebagai berikut, Berau 3 kasus, Balikpapan 39 kasus, Bontang 25 kasus, Samarinda 157 kasus, Kutai Barat 5 kasus, Kutai Kartanegara 16 kasus, Paser 8 kasus dan Penajam Paser Utara 7 kasus. 

Kasus terbanyak terjadi di Kota Samarinda, 157 kasus. Hanya daerah Mahakam Ulu yang tidak ada catatan kasus. Hal tersebut didapatkan dari penginputan kasus dalam aplikasi SIMFONI PPA Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Provinsi Kaltim.

Belakangan ini kasus kekerasan tehadap perempuan dan anak sering terjadi baik berupa fisik, seksual, verbal, emosional, atau pengabaian terhadap anak. Lebih miris lagi jika kekerasan terhadap anak terjadi dalam lingkungan keluarga dan bahkan pelakunya adalah orang yang dikenal. 

Sejatinya berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah namun belum mampu menuntaskan masalah tersebut. Mulai dari sosialisasi hingga pendampingan pada korban. Namun, kenapa kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak terus terjadi?

Negara Gagal Melindungi Perempuan dan Anak 

Bicara tentang kekerasan sejatinya bisa menimpa siapa saja termasuk laki-laki tidak hanya menimpa perempuan dan anak. Sehingga butuh segera diatasi dari akar permasalahannya tidak parsial atau melihatnya dari sudut pandang feminisme. Feminisme memandang kekerasan terhadap perempuan terjadi disebabkan ketidaksetaraan gender, perempuan adalah makhluk yang selalu tertidas oleh kaum pria. 

Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Mulai dari minimnya keimanan seseorang, karakter temperamen yang terbentuk saat pengasuhan, lingkungan yang terbiasa melakukan kekerasan, ekonomi hingga kemiskinan menjadi pemicu kekerasan. Sehingga tidak ada kaitannya dengan gender.

Namun, sejatinya akar masalah kekerasan karena penerapan sistem kehidupan sekuler (agama dipisahkan dari kehidupan) dan liberalisme (paham kebebasan). Sistem kehidupan yang rusak ini menghasilkan masyarakat yang rusak, mudah tersulut emosi dan tak segan-segan melakukan kekerasan fisik. Dengan dalih kebebasan individu boleh melakukan apapun demi kesenangan pribadi. Selain itu tidak adanya filter dari negara untuk mengontrol hal-hal yang memicu kekerasan dan sanksi yang tegas untuk pelaku.

Kasus kekerasan tak akan pernah teratasi selama masih memakai sistem kapitalis yang menjadikan sekuler landasan dalam membuat aturan kehidupan. Aturan agama (Islam) diabaikan untuk mengatur kehidupan manusia. Wajar akhirnya muncul banyak masalah di tengah-tengah masyarakat. Alhasil negara gagal melindungi perempuan dan anak.

Islam Melindungi Perempuan dan Anak 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun