Hobi Ma'e Saat Ramadan
Pagi ini penanya mengajukan sebuah pertanyaan sederhana kepada Ma'e. Apa hobi Ma'e saat Ramadan?
Ma'e pun menjawab. Sebetulnya hobi Ma'e saat  Ramadan dan  hobi Ma'e sebelum bulan puasa Ramadan relatif sama  yaitu memasak,  berkebun dan berliterasi. Yang berbeda hanyalah porsi waktunya.  Kalau sebelum Ramadan Ma'e mengalokasikan waktunya untuk memasak pada waktu pagi dan siang. Maka saat bulan puasa Ramadan Ma'e memasak pada waktu sore saja. Begitu juga dengan berkebun dan berliterasi.
Sore setelah salat Ashar dan dzikir petang biasanya Ma'e memasak  nasi di 'rice cooker'. Sambil menunggu nasi masak, Ma'e memasak lauk dan sayur untuk berbuka puasa.  Menunya  sederhana dan praktis membuatnya serta lezat rasanya di lidah anak-anaknya. Misalnya nasi dengan lauk tempe atau tahu kuning dan telur dadar atau ikan  goreng. Sayurnya sayur asem (kacang panjang, kacang tanah, kecambah kedelai, kangkung dan jagung manis), tumis (kacang panjang dan tempe), sup (wortel, sawi putih, dan bakso) kuluban (labu Siam, kacang panjang atau sawi pakcoy) dan sambal (cabe rawit, tomat dan terasi)
Semua bahan masakan dan bumbu  Ma'e taruh  di kulkas kecuali beberapa bahan dan bumbu laos dan kemangi  Ma'e menanamnya di kebun imut. Â
Ma'e biasanya membeli sayur di Pak Sayur dan Ikan yang lewat di depan rumahnya. Harga barang dagangan mereka relatif murah dan  terjangkau.  Satu papan tempe harganya Rp2.500,- Satu ikat kacang panjang Rp1.500.  Satu bungkus ikan merahan segar Rp6.000. Kadang-kadang  Puteri Ma'e yang bekerja sebagai guru membelikan daging ayam Rp14.000 per 500gram.  Bahan-bahan tersebut cukup untuk makanan berbuka keluarga Ma'e dengan empat anggota keluarga. Karena, qodarullah pada bulan Ramadan ini anak-anak Ma'e  pulang ke rumah semua kecuali  anak Ma'e yang bekerja di Jakarta.
Hobi Ma'e lainnya adalah berkebun. Apa alasan Ma'e masih mempertahankan hobinya berkebun di bulan Ramadan? Karena, cinta Ma'e terhadap tanaman di kebun  merupakan ekspresi cinta Ma'e kepada-Nya. Khusus untuk cintanya pada tanaman kurma. Meskipun orang bilang kurma tidak bakal berbuah di dataran tinggi. Namun, cinta Ma'e pada  Rasulullah shalallahu alaihi wasallam membuat Ma'e tak ingin menyia-nyiakan tanaman kurma.
Sebelum Ramadan, Ma'e berkebun setiap hari.  Sedangkan saat Ramadan Ma'e hanya berkebun pada hari-hari tertentu saja. Qodarullah  sedang musim hujan. Jadi Ma'e tak  perlu khawatir tanaman-tanamannya kekeringan.
Berkebun bagi Ma'e tidak sekedar hobi yang menyenangkan tetapi juga merupakan ikhtiar Ma'e untuk mencari nafkah. Dari hasil kebunnya yang tak seberapa, misalnya dari  hasil panen sebuah pohon alpukat, pisang dan beberapa pohon sengon, Ma'e dan keluarganya bisa makan. Bahkan ditambah dengan penghasilan lainnya anak-anak Ma'e bisa menuntut ilmu di pondok pesantren dan kuliah di perguruan tinggi hingga lulus menjadi sarjana. Â
Pada bulan Ramadan ini, Alhamdulillah pohon sono  keling  Ma'e yang jumlahnya dua puluh lima  sudah  tumbuh besar dan tinggi. Ada yang setinggi kira-kira tiga meter.  Dan  salah satu  dari lima tanaman petenya berbuah setelah sekian lama  Ma'e merawat mereka dengan beberapa perlakuan agar berbuah. Misalnya, memberi pupuk lengkap, memberi garam krosok dan melukai pohonnya.
Alhamdulillah buah perdananya bisa untuk menambah cita rasa  sambal goreng kentang masakan Ma'e.