Mohon tunggu...
Abdisita Sandhyasosi
Abdisita Sandhyasosi Mohon Tunggu... Psikolog - Penulis buku solo "5 Kunci Sukses Hidup" dan sekitar 25 buku antologi

Alumni psikologi Unair Surabaya. Ibu lima anak. Tinggal di Bondowoso. Pernah menjadi guru di Pesantren Al Ishlah, konsultan psikologi dan terapis bekam di Bondowoso. Hobi membaca dan menulis dengan konten motivasi Islam, kesehatan dan tanaman serta psikologi terutama psikologi pendidikan dan perkembangan. Juga hobi berkebun seperti alpukat, pisang, jambu kristal, kacang tanah, jagung manis dan aneka jenis buah dan sayur yang lain. Motto: Rumahku Mihrabku Kantorku. Quote: "Sesungguhnya hidup di dunia ini adalah kesibukan untuk memantaskan diri menjadi hamba yang dicintai-Nya".

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Orang dan Adab

25 Januari 2023   09:45 Diperbarui: 25 Januari 2023   09:56 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh pembiasaan. Dokpri

Orang dan Adab

Beberapa waktu yang lalu beberapa orang sempat mengeluh di depan penulis. Mereka bilang, "Anak sekarang banyak yang tak tahu adab. Lewat di depan orang tua tidak bilang permisi.  Nyelonong begitu saha. Kalau ngomong suaranya keras. Bahkan berani membentak orang tus." Sungguh memprihatinkan memang peri laku anak zaman sekarang. Lalu bagaimana solusinya?

Kemajuan  suatu bangsa tidak lepas dari pendidikan yang berbasis adab. Hanya dengan pendidikan semacam itulah bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan beradab.  Oleh karena itu setiap warga semestinya mengikuti  pendidikan yang berbasis adab.  Lalu apakah  adab itu?

Dalam buku yang berjudul konsep Adab Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Muhammad  Ardiansyah mengatakan bahwa kata adab dengan berbagai derivasinya tidak ditemukan di dalam Al-Qur'an. Namun ada perintah untuk menanamkan adab di dalam Al-Qur'an yaitu:
"Hai orang-orang beriman, peliharaan dirimu dan keluargamu dari api neraka."(QS At-Tahrim:6)

Ibn Abbas dan Ali ibn Abi Thalib menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut:
Didiklah mereka dengan adab dan ajarkanlah mereka ilmu.

Hal itu senada dengan tafsiran Imam al-Bukhari. Dalam kitab al-Adab al-Mufrad, bab Adab al-Walid wa birru li walidihi (Adab ayah dan kebaikannya untuk anaknya), berdasarkan pendapat beberapa ulama Imam al-Bukhari mengatakan bahwa kebaikan itu datang dari Allah dan adab itu datang dari orang tua.  Artinya bahwa orang tua tidak hanya pasrah pada rahmat-Nya semata tetapi juga harus berikhtiar untuk menanamkan adab kepada anak-anaknya.

Menurut Abu Hafs Syihabuddin al-Suhrawardi, membentuk adab pada diri seseorang itu ada dua cara. Pertama, tidak membutuhkan adanya latihan tambahan. Hal ini hanya berlaku pada sebagian orang yang Allah ta'ala beri kekuatan hati sebagaimana yang terjadi pada diri Nabi Muhammad Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan para nabi lainnya. 

Kedua, membutuhkan latihan atau pembiasaan yang lama.  Ini berlaku pada umumnya manusia karena kekuatan hati mereka tak sekuat para nabi. Oleh karena itu mereka membutuhkan bimbingan dari guru yang dapat membantu mengubah karakternya menjadi perilaku yang baik. Dari peri laku yang kurang beradab menjadi beradab.

Adapun di dalam hadits, kata adab bisa ditemukan dengan berbagai makna yaitu:

1. Adab berarti firman Allah.
Dari Ibn Mas'ud, dia berkata: "Bukanlah seorang pendidik kecuali dia senang diberikan adabnya. Dan sesungguhnya adab Allah itu adalah Al-Qur'an." (HR al-Darimi. No.3364)
Artinya seorang pendidik semestinya senang apabila disampaikan firman-Nya kepadanya.

2. Adab berarti perilaku
" Muliakan anak-anakmu dan perbaiki adab mereka." (HR Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, No. 3671)

Para ulama berpendapat bahwa cara memperbaiki perilaku anak adalah dengan mengajarkan mereka latihan jiwa dan akhlak yang baik.

3. Adab berarti saksi kedisiplinan.
"Dari Ibn Abbas, dia berkata,"Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,"Gantungkan cambuk di tempat yang bisa dilihat penghuni rumah  karena itu menjadi adab (kedisiplinan) untuk mereka." (HR al-Thabrani No. 10523)

Dari uraian tersebut  dapat dikatakan bahwa adab merupakan bagian dari proses pendidikan untuk menanamkan kebaikan. Baik dengan cara menyampaikan pesan Allah ta'ala secara langsung maupun dengan latihan jiwa ataupun pemberian sanksi kedisiplinan.  Dan adab seseorang tidak  terjadi  secara instan. Tanpa adanya guru yang merasa senang pada firman-Nya, pembiasaan perilaku dan kedisiplinan maka adab akan sulit terbentuk.

Jauh-jauh sebelum anak mengenal dunia luar alias lingkungan di luar rumahnya semestinya orang tua sudah menyemai bibit adab dalam diri anak di rumah nya. Mengapa demikian? Karena setiap anak  adalah fitrah dan berhak mendapatkan bimbingan adab dari orang tuanya.
Dan orang tua semestinya berusaha menanamkan adab kepada anaknya sedini mungkin.  

Selain itu orang tua perlu menjadikan dirinya teladan dalam berperilaku sesuai adab. Sebab tanpa contoh yang nyata dari orang tua maka anak yang masih dalam tahap belajar dengan  "imitasi" meniru-niru apa yang dilakukan orang lain di dekatnya, tentu akan mengalami kesulitan dalam menerapkan perilaku yang diharapkan.

Seiring dengan berjalannya waktu, anak tumbuh besar dan butuh teman. Agar pembentukan adab pada anak tidak terputus maka orang tua perlu  menyediakan lingkungan pergaulan yang di dalamnya ada adab dan guru yang dapat membimbing anaknya memiliki adab. Kedua hal itu biasanya ada di sekolah-sekolah atau pesantren-pesantren yang menerapkan adab. 

Oleh karena itu pada era digital ini, di tengah derasnya pengaruh  media sosial,  orang tua memasukkan anaknya ke sekolah adab atau pesantren agar anak tumbuh  beradab secara optimal adalah sebuah keniscayaan. Wallahu'alam.

--Catatan Ma'e 66--

Bondowoso, 25/01/2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun