Mohon tunggu...
Azkamae
Azkamae Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Pembelajar

Belajar di manapun, kapan pun, dan pada siapapun

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Umat Butuh Perisai

22 Desember 2019   06:51 Diperbarui: 22 Desember 2019   06:53 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: saveuighur.org

Pemberitaan seputar pembantaian muslim Uighur kian ramai. Memenuhi beranda medsos, hingga menjadi headline berbagai media cetak dan  online. Tragedi Uighur sejatinya telah berlangsung sejak lama.  Penyiksaan yang dilakukan pun sudah memakan banyak korban jiwa. Tindakan keji rezim komunis melakukan berbagai upaya agar etnis keturunan Turki ini musnah.

Uniknya, baru kali ini gemuruh media begitu dahsyatnya membuncah memenuhi semua pemberitaan. (Disarikan dari Republika online) Melibatkan simpati dari banyak kalangan, mulai dari atlit pesebak bola, hingga para ibu rumah tangga.  Tragedi Uighur telah menjadi magnet bagi semakin terbelalaknya mata dunia terhadap kondisi Islam dan kaum muslimin. 

 Menjadi mayoritas tak lantas membuat kaum muslim di seluruh dunia berada dalam posisi istimewa. Sebaliknya, kian hari berbagai kedzaliman menimpa. Pelecehan terhadap syariat , bahkan marak terjadi di dalam negeri. Kasus Sukmawati, Ahok dan Muwafiq adalah beberapa yang menjadi noda hitam kondisi Islam di negeri ini.

Penjajahan Israel atas Palestina,

Tragedi muslim Rohingya  , pengusiran muslim khasmir dari tanah India, serta penyiksaan muslim Uighur adalah beberapa bukti nyata bahwa kondisi kaum muslimin di seluruh dunia berada di titik nadir. 

Penjajahan yang terjadi pada kaum muslimin sudah meliputi seluruh aspek kehidupan. Terdapat dua metode penjajahan yang lazim dilakukan : 

1. Soft power. Penetrasi kapitalis ke dalam tubuh birokrasi adalah yang paling lazim terjadi. Penguasaan Sumber daya alam, hingga filtrasi kepentingan korporasi pada banyak kebijakan pemerintahan,  menjadikan korporatokrasi tak ubahnya "mutan" politik yang mewujud nyata. 

2. Hard power, yakni metode penjajahan dengan memakai kekerasan fisik seperti penyiksaan, dan pembantaian yang kini sedang dirasakan oleh saudara kita di Uighur, Palestina, Rohingya, dan juga muslim di beberapa negara lainnya. 

Kesedihan yang tak berujung ini mustahil terjadi jika saja kita masih memiliki junnah (perisai) yang hakiki. Perlindungan kaum muslimin dalam syariat nyata kita dapati saat Junnah berupa Khilafah masih ada. 

Adalah Khalifah Al Mu'tashim Billah,  seorang teladan abadi sepanjang masa. Kisah heroiknya dicatat dengan tinta emas sejarah Islam dalam kitab al-Kamil fi al-Tarikh karya Ibn Al-Athir. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada tahun 223 Hijriyyah, yang disebut dengan Penaklukan kota Ammuriah.

Pada tahun 837, al-Mu'tasim Billah menyahut seruan seorang budak muslimah yang konon berasal dari Bani Hasyim yang sedang berbelanja di pasar. yang meminta pertolongan karena diganggu dan dilecehkan oleh orang Romawi. Kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika berdiri, terlihatlah sebagian auratnya.

Wanita itu lalu berteriak memanggil nama Khalifah Al-Mu'tashim Billah dengan lafadz yang legendaris yang terus terngiang dalam telinga seorang muslim: "waa Mu'tashimaah!" (di mana engkau wahai Mutashim... Tolonglah aku!)

Setelah mendapat laporan mengenai pelecehan ini, maka sang Khalifah pun menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu kota Ammuriah (Turki). Seseorang meriwayatkan bahwa panjangnya barisan tentara ini tidak putus dari gerbang istana khalifah di kota Baghdad hingga kota Ammuriah (Turki), begitu besarnya pasukan yang dikerahkan oleh khalifah.

Catatan sejarah menyatakan di bulan April, 833 Masehi, kota Ammuriah dikepung oleh tentara Muslim selama kurang lebih lima bulan hingga akhirnya takluk di tangan Khalifah al-Mu'tasim pada tanggal 13 Agustus 833 Masehi.

Sebanyak 30.000 prajurit Romawi terbunuh dan 30.000 lainnya ditawan. Pembelaan kepada Muslimah ini sekaligus dimaksudkan oleh khalifah sebagai pembebasan Ammuriah dari jajahan Romawi.

Setelah menduduki kota tersebut, khalifah memanggil sang pelapor untuk ditunjukkan dimana rumah wanita tersebut, saat berjumpa dengannya ia mengucapkan "Wahai saudariku, apakah aku telah memenuhi seruanmu atasku?". Dan sang budak wanita inipun dimerdekaka oleh khalifah serta orang romawi yang melecehkannya dijadikan budak bagi wanita tersebut. 

Itulah yang dibutuhkan kaum muslimin saat ini. Institusi Syara' dengan seorang pemimpin yang taat sebagai Junnah (perisai) kaum muslimin. Dengannya kaum muslimin akan terlindungi dari segala ancaman baik fisik dan non fisik. Wallahu alam bishshowab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun