[caption id="attachment_127202" align="aligncenter" width="500" caption="seni mengeluh"][/caption] Sudah menjadi sifat manusia untuk berkeluh kesah. Padahal, dengan berkeluh kesah, masalah yang dihadapi belum tentu bisa diselesaikan. Lelah, sedih, kesal, marah memang membuat hati terasa pegal. Tapi menurut saya, tak perlu hal itu dibagi – bagi. Berbagilah hal yang baik dengan orang banyak. Bukankah lebih baik jika keluhan diubah menjadi do’a?.. Di sebuah artikel yang pernah saya baca, penulis mengatakan bahwa menjadi motivator memang lebih mudah daripada eksekutor. Ya,,saya akui itu benar, walaupun sudah ditahan – tahan kadang kita butuh orang lain untuk mencurahkan isi hati (curhat). Dan tentunya perlu seni tersendiri untuk mengurangi beban dihati. Sebaiknya pilihlah orang yang tepat atau media yang tepat untuk mencurahkan isi hati. Jika saat itu, kita butuh nasehat atau saran maka carilah temanmu yang tsiqoh. Tapi, jika saat itu kita hanya ingin mengurangi nyeri dihati tanpa ingin melibatkan orang lain, mungkin cukup tuliskan isi hati di buku harian atau yang lebih efektif mengadulah pada SANG EMPUNYA HATI… Saya punya sedikit tips untuk menghindari berkeluh kesah. Mungkin ini hasil dari observasi dengan lingkungan. Begini caranya teman, cari orang disekitarmu yang terlihat sering mengeluh. Ajak ia berjalan – jalan,,, sepanjang perjalanan anda tidak boleh katakan apapun (gigit lidah atau tutup mulut pakai plester juga boleh… ). Dengarkan dengan seksama setiap keluhan yang keluar dari mulut teman anda itu. Pada akhir perjalanan, coba cermati perasaan anda. Apa yang anda rasakan?,,,capek? pegal hati? bosan? kesal? menyebalkan?,,,ya, jika anda rasakan itu, tentunya orang lain akan merasakan hal yang sama saat anda mengeluh. Pelita : “tidak semua yang kita inginkan harus kita dapatkan, terimalah apa yang menjadi rizkimu, dan belajarlah untuk ikhlas menerima”
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhori & Muslim).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H