Mohon tunggu...
ummu afifah
ummu afifah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

perawat dg berbagai perannya (pelaksana,pendidik, peneliti, manajer, advokasi)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Nyanyian Anak Negeri

30 Juni 2011   14:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:02 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ku ingin jadi presiden,,,

tapi nyatanya ku hanya jadi pengamen,,,,

Aku mau sekolah tapi uangnya kurang goceng,,,,

Katanya pendidikan itu hak semua,,,,

nyatanya mau sekolah tidaklah mudah ……”

Pengamen,,,sungguh pemandangan yang tidak asing lagi di ibukota ini. Di dalam angkot atau di tempat – tempat umum sering kali kita jumpai para pengamen dengan berbagai tingkat usia, dari anak – anak sampai dengan kakek tua. Berbagai cara mereka lakukan untuk mendapatkan belas kasih dari orang – orang. Mulai dari teknik penyampaian, lagu - lagu yang dibawakan, sampai pada penampilan atau cara berpakaian.

Suatu hari, ketika aku naik angkot, sepulang dari tempat kerja di daerah pasar minggu menuju pasar rebo, ada seorang pengamen cilik yang ikut naik ke dalam angkot. Penumpang angkot terlihat apatis melihatnya,,,mungkin mereka bosan melihat pemandangan ini. Bayangkan,,,, dalam satu angkot untuk satu kali tujuan perjalanan, bisa 2 – 4 kali didatangi pengamen yang berbeda. Yahhh,,,inilah ibukota, semua harus berusaha untuk tetap hidup.

Sejujurnya,,, akupun bosan melihatnya, tapi ada yang unik kali ini, yaitu isi lagu yang dibawakan si anak. Selintas aku melihat penampilannya,,,, tak begitu berbeda seperti pengamen jalanan yang lain, penampilannya terlihat kumal, pakaiannya kotor, kulitnya hitam dengan kuku yang panjang dan kotor. Mungkin usianya sekitar 7- 8 tahun.

Setelah memberi salam, ia mulai mendendangkan lagunya sambil bertepuk tangan.

“Ku ingin jadi presiden,,,,

tapi nyatanya ku hanya jadi pengamen,,,,

Aku mau sekolah tapi uangnya kurang goceng,,,,

Katanya pendidikan itu hak semua,,,,

nyatanya mau sekolah tidaklah mudah ……”

Entah siapa yang mengajarkan padanya tentang lagu tersebut, tapi pada faktanya semua itu adalah benar. Kata – kata yang didendangkannya, mungkin adalah jeritan dari sebagian besar anak negeri ini. Saat anak lain di kota besar sibuk meningkatkan prestasi, ternyata di pelosok negeri ini masih banyak yang menangis karena ingin sekali mengenyam pendidikan. Saat pemerintah sibuk dengan peningkatan mutu pendidikan, tapi justru masih banyak yang terancam kebodohan. Program belajar Sembilan tahun memang menunjukkan niat baik dari pemerintah, tapi apakah ini sudah menjadi solusi ketika banyak orang tua yang mengeluh mahalnya harga buku, peraturan sekolah yang mengharuskan pergantian edisi buku tiap tahunnya, dan banyaknya pungutan liar di sekolah dengan berbagai alasan, seperti uang pembangunan, uang perpisahan sekolah, uang kenang – kenangan untuk guru, dll.

Bahkan pada beberapa waktu yang lalu di sebuah stasiun televisi disiarkan tentang peraturan yang mengharuskan anak memiliki akte kelahiran untuk mendaftar sekolah ternyata juga menjadi kendala. Ya,,,,tentu saja, bagaimana hal tersebut tidak membingungkan bagi anak – anak yang lahir tanpa orang tua yang mengakuinya? atau anak – anak dari keluarga kurang mampu?,,,karena seperti yang kita tahu, pengurusan surat – surat resmi tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan prosedur yang tak mudah bahkan cenderung mempersulit.

Semua ini adalah fakta, dan merupakan agenda yang harus diselesaikan oleh bangsa ini, tidak hanya oleh pemerintah, tapi juga oleh kita masyarakat. Jika semua masyarakat memiliki niat tulus untuk melihat senyum anak bangsa, tentunya tidak ada lagi peraturan yang mempersulit, tidak ada lagi pungutan liar, dan tidak ada lagi kebodohan.

Mari,,,kita mulai dari diri sendiri, cobalah untuk amanah mengemban tugas dan menjalani profesi, cobalah untuk empati, lihatlah disekeliling kita, adakah anak – anak di lingkungan kita yang tidak sekolah atau terancam putus sekolah???. Jika ada, mari kita sisihkan sebagian harta untuk membantu mereka. Tentunya, bersedekah tidak akan membuat kita menjadi miskin, justru rezeki akan terus bertambah. Jika tidak percaya, coba buktikan sendiri…

Mulailah dengan angka satu,,,jika semua meniru, tentunya akan menjadi sepuluh, seratus, bahkan seribu. Ya,,,seribu anak yang terselamatkan, seribu anak yang akan tersenyum.

Bukankah senyum bersama dengan orang lain akan lebih membahagiakan dibanding senyum sendiri???... ^_^

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun