Mohon tunggu...
Siti Nurul Atiqoh
Siti Nurul Atiqoh Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Mother, and Writer (Palembang)

Selamat datang di ruang refleksi dan inspirasi saya. Saya Siti Nurul Atiqoh, seorang pendidik, ibu, dan penulis yang percaya bahwa setiap perjalanan hidup, meski penuh tantangan, selalu menyimpan keindahan dan pelajaran berharga. Di dunia pendidikan, saya tidak hanya berfokus pada pengajaran, tetapi juga pada pembentukan karakter dan kedalaman hati para siswa. Sebagai ibu, saya memahami pentingnya ketulusan dalam membesarkan anak-anak dan menghadapi setiap tantangan dengan penuh cinta dan sabar. Melalui tulisan, saya berusaha membagikan perjalanan hidup saya, mengungkapkan perasaan, dan membangun koneksi dengan pembaca yang memiliki pengalaman serupa. Puisi dan artikel saya berfokus pada tema ikhlas, perjuangan, dan harapan yang tak pernah pudar. Melalui kata-kata, saya berharap bisa menginspirasi dan memberi kekuatan bagi siapa saja yang sedang mencari cahaya di ujung senja. Terima kasih telah mengunjungi profil saya. Semoga setiap kata yang saya tulis dapat membawa inspirasi dan kedamaian dalam perjalanan hidup Anda.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Putriku Belahan Jiwaku, Cahaya di tengah Ujian Yang Menguatkan Hatiku

17 Januari 2025   10:40 Diperbarui: 17 Januari 2025   10:37 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Putriku Belahan Jiwaku (Sumber: Dokumen Pribadi)

Aku adalah seorang ibu dari seorang anak luar biasa bernama Najwa. Usianya kini 18 tahun dan ia tengah menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi UIN Raden Fatah Palembang,  semester pertama. Namun, di balik pencapaiannya saat ini, Najwa telah melalui perjalanan yang penuh ujian sejak kecil akibat sindrom nefritis lupus yang di deritanya sejak 6 tahun yang lalu.

Sejak kelas 6 SD, Najwa didiagnosis dengan sindrom nefritis lupus, sebuah penyakit autoimun yang membuat tubuhnya sering lemah dan memerlukan perawatan intensif. Tapi di balik tubuh kecilnya yang rapuh, ia memiliki semangat yang besar dan kekuatan yang tak tergoyahkan. Setiap pagi, meski rasa sakit sering menyergapnya, Najwa selalu menyapaku dan suamiku dengan senyuman. "Ummi, bantu  Najwa memakai mukena, Najwa mau sholat subuh. Biar Allah tambah sayang sama kita," katanya suatu pagi sambil memegang mukenanya. Kata-kata itu selalu membuat hatiku bergetar. Dalam kelemahan fisiknya, Najwa justru menjadi penguat bagi kami, orang tuanya.

Suamiku adalah seorang dosen yang dengan tekun mengabdikan ilmunya demi mencukupi kebutuhan keluarga. Sering kali ia pulang dengan wajah letih, tapi begitu melihat Najwa, semua beban rasanya luruh. "Abi, jangan sedih ya. Allah sayang sama kita. Najwa yakin, kalau kita sabar, Allah pasti kasih hadiah yang besar," ucapnya suatu malam sambil memeluk suamiku yang hampir menyerah pada keadaan.

Di setiap kunjungannya ke rumah sakit, Najwa menjadi inspirasi bagi pasien lain. Dengan suaranya yang lembut, ia sering berkata kepada pasien di sampingnya, "Kita harus kuat ya. Kalau kita sabar, Allah pasti mencatatnya sebagai pahala besar." Para perawat dan dokter pun terkesan dengan keberanian Najwa. Salah satu perawat pernah berkata kepadaku, "Bu, Najwa ini bukan hanya pasien, dia adalah malaikat kecil yang dikirim untuk menguatkan kita semua."

Namun, ada hari-hari ketika aku tidak mampu menahan tangis. Melihat anakku menahan sakit membuat hatiku terasa remuk. Pada saat seperti itu, Najwa selalu menjadi pelipur. "Ummi, jangan nangis ya. Najwa senang kok punya Ummi dan Abi yang selalu sayang sama Najwa. Punya Abang dan Adek yang selalu menguatkan Najwa juga. Kita berdoa saja biar Allah kasih jalan yang terbaik," ucapnya sambil mengusap air mataku.

Di balik semua keterbatasannya, Najwa selalu bersyukur. Ia juga sangat rajin menulis dan belajar. Buku catatan dan jurnal pribadinya dipenuhi dengan refleksi mendalam serta harapan-harapan yang ia titipkan kepada Allah. Ia mengajarkan kami tentang arti keikhlasan dan ketabahan. "Najwa tidak takut sakit, Ummi. Yang Najwa takutkan cuma kalau kita lupa sama Allah. Kalau kita terus dekat sama Allah, semua pasti indah pada waktunya," katanya suatu malam sebelum tidur.

Hingga kini, Najwa masih terus berjuang. Dalam kesehariannya, ia meluangkan waktu untuk belajar dengan tekun, baik dalam bidang akademik maupun hal-hal yang memperkaya jiwanya. Setiap langkahnya adalah perjuangan melawan sakit yang terus mengujinya. Namun, ia tak pernah menyerah, bahkan hasil prestasinya semester ini mendapatkan nilai sempurna. "Ummi, Najwa yakin, Allah selalu melihat usaha kita. Jadi kita harus tetap semangat ya," katanya dengan senyum yang tak pernah pudar. Kata-kata itu adalah penguatku, pengingat bahwa harapan selalu ada, meski kadang terlihat samar.

Aku dan suamiku merasa sangat diberkati memiliki Najwa di dalam hidup kami. Ia adalah cahaya di tengah ujian ini, mengajarkan kami bahwa keikhlasan, kesabaran, dan doa adalah kunci menghadapi segalanya. Doakan kami, agar bisa terus mendampingi Najwa dalam perjuangannya dan menjadi orang tua yang selalu kuat untuknya.

Najwa adalah bukti bahwa dalam kelemahan fisik, terdapat kekuatan jiwa yang besar. Dengan setiap langkah yang ia ambil, kami belajar untuk lebih ikhlas, sabar, dan bersyukur. Semoga Allah selalu memberikan keberkahan dan kekuatan bagi Najwa, serta keluarga kami, dalam setiap ujian kehidupan. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun