Mohon tunggu...
Siti Nurul Atiqoh
Siti Nurul Atiqoh Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Mother, and Writer (Palembang)

Selamat datang di ruang refleksi dan inspirasi saya. Saya Siti Nurul Atiqoh, seorang pendidik, ibu, dan penulis yang percaya bahwa setiap perjalanan hidup, meski penuh tantangan, selalu menyimpan keindahan dan pelajaran berharga. Di dunia pendidikan, saya tidak hanya berfokus pada pengajaran, tetapi juga pada pembentukan karakter dan kedalaman hati para siswa. Sebagai ibu, saya memahami pentingnya ketulusan dalam membesarkan anak-anak dan menghadapi setiap tantangan dengan penuh cinta dan sabar. Melalui tulisan, saya berusaha membagikan perjalanan hidup saya, mengungkapkan perasaan, dan membangun koneksi dengan pembaca yang memiliki pengalaman serupa. Puisi dan artikel saya berfokus pada tema ikhlas, perjuangan, dan harapan yang tak pernah pudar. Melalui kata-kata, saya berharap bisa menginspirasi dan memberi kekuatan bagi siapa saja yang sedang mencari cahaya di ujung senja. Terima kasih telah mengunjungi profil saya. Semoga setiap kata yang saya tulis dapat membawa inspirasi dan kedamaian dalam perjalanan hidup Anda.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Air Mata Yang Membasuh Luka (Perjuangan Tak Kenal Lelah Seorang Ibu)

14 Januari 2025   15:10 Diperbarui: 14 Januari 2025   15:08 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku dan Putriku  (Sumber : dokumen pribadi)

Ada saat dalam hidup ketika langkah terasa berat, dan dunia seolah berhenti berputar. Pada saat itu, aku berdiri di persimpangan antara harapan dan keputusasaan. Dalam senyap malam, di antara isakan dan doa yang tak pernah putus, aku terus berjuang merawat putriku yang sakit. Hari-hari panjang penuh perjuangan menjadi saksi bisu bagaimana cintaku kepadanya menjadi sumber kekuatan di tengah kelelahan yang tak terperi. 

Putriku didiagnosis dengan penyakit kronis yang mengharuskan perawatan intensif selama bertahun-tahun. Dari rumah sakit ke rumah, dari satu dokter ke dokter lain, langkahku tak pernah surut. Aku menjadi pelindung, perawat, dan pendoa yang tak kenal lelah. Setiap prosedur medis yang menyakitkan bagi putriku terasa seperti luka di tubuhku sendiri. Namun, air mataku tak pernah jatuh di depannya. Dalam pelukanku, hanya ada senyum dan kata-kata penuh harapan.

Hari demi hari, aku belajar memahami kebutuhan medis putriku. Aku menjadi kadang berperan menjadi perawat bagi putriku bahkan menjadi dokter. Aku seperti seorang yang ahli dalam hal-hal yang sebelumnya tidak pernah kubayangkan: mengatur obat-obatan, mempelajari pola makan khusus, hingga menenangkan dia yang ketakutan saat menghadapi prosedur medis yang sulit. Dalam setiap tindakanku, cintaku selalu terlihat dalam tatapan penuh kasih, dalam tangan yang lembut mengusap dahinya, dan dalam bisikan doa yang lirih namun penuh keyakinan.

Namun, perjuangan itu tidaklah mudah. Ada malam-malam ketika keletihan mendera, ketika rasa putus asa menyelinap di celah-celah harapanku. Tetapi, di tengah air mata yang membasahi pipiku, aku selalu menemukan alasan untuk bangkit. Cintaku kepada putriku adalah bahan bakar yang tak pernah habis, memungkinkanku untuk terus berjalan meski langkah terasa berat.

Tahun demi tahun berlalu, dan meskipun kesehatan putriku belum sepenuhnya pulih, aku percaya bahwa cinta dan ketulusanku telah menjadi obat yang paling mujarab baginya. Aku menyadari bahwa kasih sayang sejati bukan hanya tentang merawat tubuh, tetapi juga menyentuh hati. Dalam setiap pelukan, aku berharap dia merasa lebih kuat. Dalam setiap tetesan air mata yang kusembunyikan, ada doa yang menjadi naungan tak terlihat.

Kisah ini adalah bagian dari hidupku, pengingat bahwa cinta seorang ibu adalah anugerah yang tak ternilai. Ia adalah cinta yang mampu membasuh luka, bukan hanya di tubuh, tetapi juga di jiwa. Untuk setiap ibu yang sedang berjuang di jalan yang sama, percayalah, air mata kita tidak pernah sia-sia. Di balik setiap tetesnya, ada kekuatan yang luar biasa,  kekuatan untuk mencintai, memulihkan, dan memberi harapan.

Pada akhirnya, aku menyadari bahwa setiap langkah yang kulalui bersama putriku adalah bagian dari perjalanan yang memperkuat cinta kami. Meski badai belum sepenuhnya reda, aku percaya bahwa pelangi suatu hari akan muncul. Bagi siapa pun yang membaca kisah ini, ingatlah bahwa di balik setiap cobaan ada hikmah, di balik setiap air mata ada doa yang didengar. Jangan pernah menyerah untuk mencintai, karena cinta yang tulus memiliki kekuatan untuk mengubah rasa sakit menjadi kekuatan, dan keputusasaan menjadi cahaya harapan. Aku percaya, selama cinta itu ada, selalu ada alasan untuk bertahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun