ada sebuah cerita,. cerita ini real terjadi saat ku berada di sebuh keramaian orang2 yangs sedang melakukan barter di sebuh tempat, katakanlah pasar.
Ibu 1: daging kok mahal banget pak.. gak ada ta yang murah?
Penjual: waduh bu... jangan sambatan (curhat) ke aku bu. Curhat aja sama yang korupsi sapi. Teganya mereka korupsi. korupsi uang negara bu. Lha, aku cuman tukang jual sayur. Bisa apa, wong makan aj ya susah.
Ibu 1: waaaalah, iyo yo pak.. ngenes (prihatin) yo awak dewe (kita). Pejabat akeh (banyak) korupsi. Sapi ae sampai mahal ngene (begini). Anak ku tak pangani (dikasih makan) tahu tempe ae..
Penjual: makanya bu, ati2 milih pemimpin nggeh...
merekapun trauma terhadap pemimpin, mereka takut akan menjadi korban politik lagi. dijadikan alat untuk dapat menguasai dan dipolitik'i,.
Jangan salahkan mereka jika mereka enggan memilih pemimpin. jika dilihat dari angka golput dalam pemilihan suara dari tahun ke tahun, menunjukkan bahwa mereka trauma hingga tidak mau memilih pemimpin siapa yang pantas untuk memimpin negeri ini,.
akankah kita membiarkan negeri ini dipimpin oleh orang2 yang salah?? orang2 yang berkepentingan, berkepentingan hanya untuk meraih kekuasaan atas dirinya sendiri, tanpa memperdulikan masyarakatnya,.
relakah kita dipimpin oleh orang2 seperti mereka??
jika tidak, maka jadilah pemilih yang cerdas. jangan asal pilih. jangan memilih berdasarkan uang semata. karna uang tersebut adalah manis dimuka. selebihnya kita akan merasakan kepahitan setelah itu,.
dan dampaknya akan membawa kedukaan terhadap diri dan orang banyak. termasuk masyarakat.
MAKA, selektiflah dalam memilih pemimpin. Pemimpin yang adil, tegas, jujur dan bermasyarakat. Serta meneladani Rasulullah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H