Mohon tunggu...
Sri Kuswayati
Sri Kuswayati Mohon Tunggu... profesional -

Ibu dari 4 orang anak.Dosen STMIK JABAR,aktif di komunitasIbu Ibu Doyan Nulis (IIDN),mengelola daycare Bintang Cherria.Tertarik menulis mengenai pendidikan,wanita,anak dan bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tips Hindari Kekerasan di Daycare

6 September 2014   07:58 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:28 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14099398372135299345

Berita tindak kekerasan terhadap seorang anak berusia 14 bulan ramai beredar di dunia maya. Layar televisi pun tak kalah ramai memberitakannya. Selaku orangtua, ini pukulan telak bagi kita. Apalagi bagi mereka yang sudah menghabiskan uang banyak, demi memberikan yang terbaik untuk Ananda tercinta.


Beberapa waktu sebelumnya, sebuah sekolah Internasional ramai diberitakan karena siswanya mengalami tindakan asusila. Dan berita terakhir tentang kekerasan di daycare, membuat hati kita selaku orangtua bertambah was-was. Bagaimana tidak? Fasilitas CCTV dengan bayaran mahal yang diberikan orangtua, ternyata tidak mampu membendung tindakan tidak terpuji yang dilakukan orang dewasa.


Pasti kita semua bingung dibuatnya. Mengirimkan anak ke institusi profesional dengan biaya mahal ternyata tidak menjamin keselamatan anak kita. Jika sebaliknya, apa yang akan terjadi?
Institusi pendidikan, dalam hal ini saya menyebut Daycare sabagai salah satu bagiannya, telah kehilangan ‘ruh’ nya. Para orangtua hendaknya menyadari bahwa tanggung jawab utama pendidikan ada di pundaknya. Membayar uang dengan jumlah besar bukan berarti Anda menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab tersebut pada guru dan pengasuh Daycare. Pengasuh yang kelelahan dalam mengasuh anak, belum lagi 'tekanan' yang diberikan Anda selaku pengguna jasa mereka, dapat memicu stres. Mereka menjadi hilang kontrol dan kesabaran. Di sisi lain, para guru dan pengasuh Daycare pun hendaknya menyadari bahwa anak-anak adalah amanat yang harus mereka jaga dengan baik. Pun untuk pengelola Daycare, hendaknya berhati-hati dalam mempekerjakan guru maupun pengasuh.


Ada contoh baik yang bisa kita tiru dari Verawati pemilik Latifa Moslema & Baby Salon Spa. Dalam melakukan rekruitmen karyawan, yang mendahulukan akhlaq sebagai point utama. Menurutnya bila akhlaq yang dimiliki sudah baik, maka potensi masalah yang akan muncul menjadi lebih kecil. Karena salon yang dimilikinya memberikan layanan jasa spa bagi bayi, syarat berikutnya adalah menyukai anak-anak. Verawati juga memberikan perhatian pada kualitas layanan dengan meningkatkan kemampuam karyawan. Caranya adalah dengan mengirimkan pada pelatihan resmi yang  bersertifikat.


Kiranya penerimaan karyawan khususnya untuk jasa Daycare, hendaklah dilakukan lebih hati-hati. Langkah yang dilakukan Verawati di atas dapat kita jadikan contoh. Peristiwa kekerasan sudah terjadi, jangan sampai berulang kembali. Mulai saat ini, evaluasi diri, jangan saling menyalahkan. Lakukan hal terbaik yang Anda bisa dilakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun