Mohon tunggu...
ummi nadia
ummi nadia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa Psikologi Islam di UIN Imam Bonjol Padang. Memiliki hobi membaca dan melukis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mempertahankan Budaya di Era Generasi (C)Emas

6 Desember 2024   09:40 Diperbarui: 6 Desember 2024   09:48 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di tengah perkembangan zaman yang semakin modern, kita sering dihadapkan dengan tantangan besar: bagaimana cara menjaga budaya kita tetap hidup dan relevan di era generasi emas yang serba cepat ini. Generasi emas, istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan potensi besar anak muda saat ini, juga memiliki sisi lain---generasi cemas, yang penuh tekanan oleh ekspektasi globalisasi dan digitalisasi.

Budaya adalah identitas. Tanpa budaya, kita kehilangan akar dan ciri khas sebagai bangsa. Namun, di era ini, budaya lokal sering tergerus oleh budaya asing yang lebih mudah diakses melalui internet. Film, musik, hingga gaya hidup dari luar negeri begitu cepat masuk dan menggeser budaya lokal. Apalagi dengan dominasi media sosial, generasi muda lebih akrab dengan tren global daripada warisan tradisional mereka sendiri.

Fenomena ini juga terlihat jelas di Indonesia, negara dengan kekayaan budaya yang sangat beragam. Dari sabang hingga merauke, setiap daerah memiliki kekayaan seni, tradisi, bahasa, dan adat istiadat yang memuat nilai-nilai luhur yang diwariskan turun temurun. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, budaya-budaya ini semakin tergerus oleh arus modernitas. Salah satu penyebab utamanya adalah dominasi budaya Barat yang semakin mendominasi media massa, sehingga budaya lokal cenderung terabaikan, bahkan dianggap kuno atau tidak relevan dengan kehidupan modern.

Generasi emas adalah generasi muda Indonesia yang berkualitas, berkompeten, dan berdaya saing tinggi. Generasi ini diharapkan dapat berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2045, ketika Indonesia merayakan kemerdekaan yang ke-100 tahun. Berbanding terbalik dengan generasi cemas, merupakan generasi yang takut akan beropini, kritis, dan cemas akan masa depan yang semakin rumit dan tidak stabil.

Banyak anak muda saat ini merasa malu akan budaya yang mereka bawa sejak lahiriah. Bahkan, dialek khas dari daerahnya terkadang mereka lupakan begitu saja karena takut ledekan dari teman sebayanya. Tidak hanya itu, generasi yang diharapkan emas pada tahun 2045 nantinya, lebih melestarikan budaya luar dibandingkan budaya lokal. Media sosial seharusnya menjadi wadah yang efektif bagi generasi saat ini untuk memperkenalkan budaya lokal kepada masyarakat luas.

Generasi emas, dengan segala kecanggihan teknologi yang mereka kuasai, memiliki kemampuan untuk menyebarkan dan menghidupkan kembali budaya lokal melalui berbagai platform digital. Melalui media sosial, misalnya seni tradisional, makanan khas, hingga adat istiadat bisa diperkenalkan kepada dunia dengan cara yang lebih mudah dan menarik. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube telah menjadi saluran yang efektif untuk menyebarluaskan kebudayaan yang ada, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di kancah internasional.  

Selain itu, teknologi juga memudahkan kita untuk mendokumentasikan dan mengarsipkan kebudayaan yang mulai terkikis oleh waktu. Misalnya, seni pertunjukan tradisional yang semakin jarang dipentaskan di panggung besar, kini bisa direkam dan diunggah ke platform video sehingga tetap dapat dinikmati oleh generasi berikutnya. Begitu juga dengan bahasa daerah, yang dapat dipelajari melalui aplikasi atau video edukasi yang mudah diakses. Inovasi semacam ini memungkinkan budaya lokal tetap hidup meskipun dunia terus bergerak maju. 

Namun, tantangan terbesar yang dihadapi oleh generasi emas adalah bagaimana cara mereka bisa menginternalisasi dan menghidupkan budaya lokal dengan penuh kesadaran. Mengenalkan budaya melalui media digital memang sangat penting, tetapi tidak kalah pentingnya untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai di balik setiap tradisi. Pemahaman ini akan membantu generasi muda untuk tidak sekadar mengenal budaya sebagai objek, tetapi juga sebagai bagian dari identitas mereka yang harus dijaga kelestariannya.

Pendidikan menjadi kunci utama dalam proses ini. Generasi muda harus dibekali dengan pemahaman tentang pentingnya menjaga dan melestarikan budaya sejak dini. Tidak hanya dengan memperkenalkan kesenian atau adat istiadat, tetapi juga dengan membangun kesadaran akan makna di balik budaya tersebut. Di sekolah-sekolah, kampus, hingga komunitas, kegiatan yang mengangkat budaya lokal harus lebih sering dilakukan, seperti pameran seni, festival budaya, atau lokakarya tentang sejarah dan filosofi budaya. Melalui kegiatan semacam ini, generasi muda dapat merasakan langsung betapa berharganya kebudayaan yang dimiliki bangsa ini.

Menjaga budaya di era generasi emas juga tidak berarti menutup diri dari perubahan. Sebaliknya, kita harus bisa beradaptasi dan memodernisasi budaya agar tetap relevan dengan perkembangan zaman. Adaptasi ini bukan berarti mengubah esensi budaya, tetapi lebih kepada memperkenalkan budaya dalam format yang lebih mudah diterima oleh generasi muda. Sebagai contoh, kita bisa menggunakan teknologi virtual reality (VR) untuk menghidupkan kembali situs-situs bersejarah atau membuat aplikasi berbasis augmented reality (AR) yang memungkinkan pengguna untuk belajar tentang kebudayaan Indonesia dengan cara yang menyenangkan.

Generasi emas juga perlu memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk melestarikan budaya. Ini bukan hanya soal kebanggaan semata, tetapi juga soal menghargai warisan yang telah ditinggalkan oleh leluhur kita. Budaya yang dilestarikan bukan hanya milik kita, tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Jika kita tidak berusaha untuk mempertahankan dan mengembangkan budaya kita, bukan tidak mungkin kebudayaan tersebut akan punah dan terlupakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun