3. Masa Anak Sekolah (6-12 Tahun) : Mengembangkan Empati dan Kontrol Emosi
  Di usia ini, anak mulai memahami emosi yang lebih kompleks seperti rasa malu, rasa bersalah, dan kebanggaan. Mereka juga mulai mengembangkan empati, yaitu kemampuan untuk memahami dan merasakan emosi orang lain. Pada tahap ini, anak belajar bagaimana mengontrol emosinya dalam situasi sosial, misalnya dalam hubungan dengan teman-teman sebaya. Dukungan orang tua dalam memberikan bimbingan tentang nilai-nilai moral dan sosial sangat membantu dalam perkembangan emosi anak.
4. Masa Remaja (12-18 Tahun): Emosi yang Intens dan Pencarian Identitas
  Masa remaja adalah periode di mana emosi anak menjadi lebih intens akibat perubahan hormonal dan pencarian identitas diri. Remaja sering mengalami konflik batin antara keinginan untuk mandiri dan kebutuhan akan dukungan sosial. Pada tahap ini, emosi seperti kecemasan, marah, dan kebingungan sering muncul. Interaksi sosial dengan teman sebaya dan lingkungan sekolah juga mulai berpengaruh besar pada perkembangan emosional mereka.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Anak
Perkembangan emosi anak tidak terjadi secara isolasi, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya:
1. Keluarga
  Keluarga adalah lingkungan pertama tempat anak belajar mengenali dan mengekspresikan emosinya. Pola asuh yang diberikan orang tua, baik itu otoriter, permisif, atau demokratis, akan sangat memengaruhi bagaimana anak mengembangkan emosi dan cara mengelolanya. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang penuh kasih sayang dan komunikasi yang terbuka cenderung lebih baik dalam mengelola emosinya.
Â
  Interaksi dengan teman sebaya dan lingkungan sosial, seperti sekolah atau kelompok bermain, memainkan peran penting dalam pembentukan emosi anak. Anak-anak belajar mengenai kerja sama, kompetisi, dan berbagi melalui interaksi dengan teman sebaya. Pengalaman sosial ini akan membantu anak memahami bagaimana emosi mereka berdampak pada hubungan sosial.