Saat kami menanyakan bagaimana cerita bisa berkembang hingga menjadi sebuah novel, resepnya adalah terus berimajinasi dan melakukan tindak lanjut atas usulan yang disampaikan pembaca di kolom komentar.Â
Selaian dari pembaca, DIPS juga menarik hari penerbit. Esi menceritakan bahwa sejak bab 3 sudah ada penerbit yang hendak meminang karyanya untuk terbit menjadi novel. Luar biasa.
Keberadaan komunitas menulis akhirnya mendekatkan penulis dengan pembaca. Era internet mengubah segalanya. Sebelumnya untuk menjadi penulis yang karyanya BEST SELLER, perlu bantuan penerbit mayor.Â
Dewasa ini kedekatam emosi yang dibangun penulis dengan pembaca membuat mereka bukan saja menikmati karya namun dengan sukarela turut membagikannya. Hal ini menjadikan karya penulis lebih dikenal pembaca di jagat maya.
Terlepas dari pro kontra ide cerita DPIS ini, saya merasa semangat belajar dan mental baja seorang Esi Lusiana wajib dimiliki para penulis pemula, termasuk saya. Caci maki dari pihak yang tak suka pasti ada.Â
Berfokus pada kritik yang membangun adalah pilihannya. Bagaimanapun netizen maha benar, kita harus pandai memilah dan memilih informasi yang layak masuk kepala dan membuang kritik yang bersifat sampah.
Saat artikel ini ditulis, Esi Lusia mengirimkan cuplikan penanda penutup, bahwa setelah ini para pembaca yang mencintainya bisa mendapat episode langkap melalui novel yang tengah proses terbit.Â
Untuk memudahkan pembeli, Esi menunjuk reseller yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, sehingga dengan mudah pembaca bisa mendapatkannya.
Ehm, jadi dokter pelit itu suamiku atau suamimu?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H