"Kamu habis dari mana?"
"Dari ruang BK."
"Ngapain? Serem deh masuk ruang BK. Kamu telat lagi ya hari ini".
Begitulah percakapan kebanyakan siswa yang mengetahui temannya setelah keluar dari ruang BK. Tidak sedikit yang memandang bahwa BK itu menyeramkan. Sama halnya seperti yang dirasakan penulis saat pertama kali melihat papan bertuliskan Ruang BK di sekolah. Dalam hati bertanya apa sebenarnya fungsi adanya ruangan tersebut. Kenapa ada ruang BK di sekolah? Pertanyaan seperti itu akan muncul ketika kita belum mengetahui apalagi memahaminya.
Secara umum kata memahami lebih luas daripada mengetahui. Tanpa tahu kita tidak akan paham. Tidak sedikit juga orang yang tahu tapi juga kurang bisa memahami. Sebagai seorang siswa yang masih awam dengan bimbingan konseling yang ada di sekolah tentu mereka akan bertanya-tanya mengenai apa fungsi, tujuan atau manfaat yang terkadung dengan adanya bimbingan konseling di sekolah.Â
Sehingga perlu adanya upaya yang dapat dilakukan agar siswa memahami dan mampu memposisikan dirinya sebagai konseli yang baik bagi konselor. Lalu apakah hanya siswa saja yang harus memahami fungsi BK? Tanpa adanya pemahaman lebih lanjut dari guru BK sendiri?
Dalam berinteraksi tidak lepas dari give and take yaitu memberi dan menerima.  Seorang konselor akan memberikan layanan sedangkan konseli akan menerima layanan tersebut. Tanpa adanya pemahaman dari konselor, maka seorang konseli juga tidak akan memahami apa itu fungsi pemahaman. Ketika konselor memberi pemahaman maka seorang konseli akan menerima pemahaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H