Mohon tunggu...
Ujang Muhamad Mulyadi
Ujang Muhamad Mulyadi Mohon Tunggu... tukang cilok -

hanya tukang cilok, bukan tukang nikung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Salam Kerak Telor dari Cimahi untuk Pak Anies-Sandi

22 Oktober 2017   14:29 Diperbarui: 22 Oktober 2017   17:34 1509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada Sabtu sore kemarin, ketika saya mengunjungi keluarga di Cimahi, tak sengaja saya melewati sebuah Mall cukup besar disana. Dipinggir jalan, tepatnya didepan pusat perbelanjaan tersebut s8aya melihat seorang kakek dengan kepulan asap dan sebuah tanggungan yang bertuliskan "Kerak telor khas Betawi Babeh Jangkung". Dalam hati saya bertanya "loh, ko ada yang jualan kerak telor disini yah?". Mungkin karena sudah lama  saya gak lewat ke daerah sana jadi baru tahu bahwa ada tukang kerak telor di daerah Cimahi.

Akhirnya saya mampir, dan ingin mencoba rasanya makan khas betawi tersebut. Karena jujur saja, seumur hidup belum pernah mencoba rasanya kerak telor.hahahaa

Pada awalnya tidak ada yang aneh, karena kita semua tahu kan bahwa banyak makanan khas daerah dijual diluar daerahnya. Hal ini biasa, contohnya ketika ayam goreng Jakarta di jual di Cianjur, Gudeg Jogja dijual di Jakarta, dan banyak lainnya.

Tapi saya kira, cerita ini akan berbeda dengan yang lain dan biasanya, karena Kakek tua yang berumur 67 tahun ini ternyata membawa tanggungan hingga ke daerah Cimahi Jawa Barat dengan membawa tanggungan beban, imbas dari kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dia bilangnya begitu. Maklum, saya suka kepo kalau bertemu atau membeli sesuatu pada orang rantau.

Percakapan dimulai ketika saya bertanya, "apakah Bapak asli orang Jakarta?". Kakek itu menjawab, "ia Dek, saya orang betawi asli. Saya jualan kerak telor dari tahun 1982 di Jakarta". Turun temurun katanya. Saya kagum juga kan.

Kemudian saya tanya lagi, "kenapa Bapak sekarang berjualan disini?". Dengan semangat dan ingin mengeluarkan unek-unek dalam hatinya saya kira, kakek itu bercerita panjang lebar yang merujuk pada kebijakan pemerintah DKI.

Seperti ini...

Dek, saya sudah sejak 1982 berjualan kerak telor di Jakarta. Saya biasanya berdagang di daerah Monas, dan Taman Mini serta di acara Pekan Raya Jakarta. Sejak pemerintah mengeluarkan kebijakan tidak boleh berdagang di daerah monas dan taman mini. Saya berdagang di Jakarta hanya ketika Acara Ulang Tahun Jakarta saja. Saya sekarang ngontrak disini. Pulang paling sebulan sekali sama istri saya.

Saya orang betawi asli, saya sudah tua, saya sudah dewasa ketika Gerakan 30S, saya tau pas pengankatan korban. Karena saya tinggal didaerah sana.

Sekarang saya sudah setahun berdagang disini (Cimahi), semenjak tidak boleh lagi berdagang ditempat yang biasa (Monas dan TMII). Paling di Jakarta pas ada acara Ulang Tahun Jakarta, itupun diluar, karena sewa di dalam harganya 20juta, diluar aja saya sewanya 500rb, setelah diambil alih swasta dan disewa-sewain sama yang punya modal.Yang dapat keuntungan yang banyak ya banyak duit de. Kakek itu dengan sedikit agak marah dan kecewa.

Kemudian saya bilang, itu kan kebijakan Gubernur yang lama Pak, mungkin yang sekarang baru dilantik membuat kebijakan yang menguntungkan Bapak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun