Prevalensi stunting di Indonesia telah menjadi perhatian serius di mana tingkat stunting di Indonesia memiliki variasi berdasarkan daerah, dengan tingkat yang lebih tinggi di daerah pedesaan dibandingkan dengan perkotaan.
Maka dari itu, Universitas Muhammadiyah Jember (Unmuh Jember) lakukan program kemitraan masyarakat yang berkolaborasi dalam percepatan penurunan stunting yang berlangsung pada hari Selasa (16/07/2024) di Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember.
Dengan pendanaan yang telah diberikan oleh Kemenristekdikti, tim PKM Unmuh Jember yang diketuai oleh Dr. Ns. Awatiful Azza, M.Kep., Sp.Kep.Mat mengungkapkan bahwa percepatan penurunan stunting harus melibatkan seluruh elemen baik di pemerintahan maupun keterlibatan masyarakat secara aktif.
kader-kader posyandu anyelir 12 dan perwkilan kader dari 4 desa di Kecamatan Sukorambi dengan antusias kader dalam mengikuti kegiatan penyuluhan yang menunjukkan kader Sukorambi aktif dan memiliki keinginan yang tinggi untuk belajar.
Kegiatan ini diisi dengan penyuluhan dan deteksi dini stunting yang dilakukan di Pendopo Kecamatan Sukorambi oleh Dr. Nikmaturrohmah, S.Kep. Ns., M.Kes yang diikuti olehDalam materi milik Nikmaturrohmah, dijelaskan bahwa faktor utama stunting mencakup kondisi gizi yang buruk pada ibu, kehamilan prematur, pemberian makanan yang tidak optimal, tidak memberikan ASI secara eksklusif, dan risiko infeksi.
Kehadiran Unmuh Jember dalam menjalankan PKM disambut baik oleh Camat Kecamatan Sukorambi, Ns. Asrah Joyowidono, S.Kep., M.Si ,karena pihak pemerintah kecamatan turut merasakan dampak dari stunting.
"Terima kasih atas peningkatan kesadaran masyarakat dalam mencegah stunting yang darurat mengalami kenaikan angka" kata Asrah.
Tim PKM ini akan terus mendampingi posyandu dan kader dalam program percepatan penurunan stunting di Sukorambi. Selanjutnya kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui keterlibatan kader posyandu ini akan dilanjutkan dengan pelatihan keterampilan pengolahan oleh tim PKM yang akan diketuai Ara Nugrahayu, N.Tp., M.Si.
"Selanjutnya akan dilakukan pengajaran mengolah labu kuning untuk makanan ringan pencegah stunting" jelas Ara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H