"Apa dia kekasihmu, Rossie?"
Rossie menggeleng."Bukan lelaki itu, melainkan seseorang yang duduk di sebelahnya. "
"Dia kekasihmu?" tanya Bell lagi.
Lagi-lagi Rossie menggeleng. "Belum. Tapi aku harap dapat berkenalan dengannya."
Bell tertawa mengejek saudari kembarnya itu. "Maxi!" seru Bell sambil melambaikan tangan. Lelaki yang ditunjuk Rossie menoleh, dia juga lelaki yang sama dengan seseorang yang Bell panggil. Rossie mengernyitkan dahi. "Kau tahu namanya?" ucap Rossie tak percaya. Bell hanya mengangguk. Pandangannya tak lepas dari lelaki itu yang kini tengah menuruni anak tangga.Â
"Aku benci mengatakannya tapi kali ini kau menang, Bell."
"Aku tidak sedang dalam perlombaan, Rossie." Bell berkaca pinggang."Aku hanya berkenalan dengannya kemarin karena tidak sengaja. Bukankah kau yang menolak perintah Ayah untuk mengantar apel untuk Bibi Jane? Maxi adalah keponakan dari Bibi Jane," jelas Bell.Â
"Halo Bell, apa dia Rossie saudarimu? Kalian sungguh mirip. Aku bahkan tidak dapat membedakan."Â
Rossie yang merasa kesal hanya diam saja.Â
"Aku harus pergi karena ada tugas dari Ayah. Rossie, akan mengantarkanmu ke lumbung keluarga kami untuk melihat buah-buahan yang akan diangkut."
Rossie lagi-lagi mengerutkan dahi. "Apa maksudmu?"