"Tidak. Terima kasih," ucap Laila kemudian bangkit.Â
"Kau gigih juga, ya?"
Laila mengibaskan roknya lalu duduk. Suasana hatinya masih belum baik. Tapi untunglah Arka datang tidak dengan tangan kosong. Ada sekantong penuh makanan ringan. Laila dengan cepat mengambilnya. "Aku tahu kalian akan mengerjakan tugas sampai malam. Jadi makanlah!" ucap Arka.
"Tidak. Aku yakin ini bukan untukku. Tapi untuk Mila. Dan kau datang untuknya, bukan?" goda Laila.
"Apa aku harus menjawab?"Â
Perlahan cahaya matahari menghilang dan malam yang dingin mengisyaratkan untuk mata segera terpejam. Waktu sudah menunjukkan tengah malam saat Mila menatap jam di tangannya. Teman-temannya sudah pulang tapi tidak dengan Laila. Mereka pulang dengan berbagai alasan, sedangkan tugas itu harus segera di selesaikan.Â
"Maafin aku, ya La," bisik Mila ketika melihat sahabatnya itu tertidur di atas matras di belakangnya. Mila kembali pada pekerjaannya.Â
"Boleh aku masuk?" ucap seseorang dari balik pintu. Mila tahu, itu suara Arka.
"Masuklah!"
Arka datang membawa dua bungkus nasi goreng dan minuman. Lelaki itu meletakannya lalu segerapergi. "Aku bertemu dengan Doni, katanya kau masih lembur mengerjakan tugas. Kau belum makan, kan? Kau makanlah dengan Laila." Bohong. Arka tidak pernah bertemu Doni. Tapi Laila yang menghubunginya.
"Terima kasih Arka. Tapi bisakah kau tidak langsung pergi?" ucap Mila sedikit berteriak. Arka mungkin sudah jauh pikir Mila.