"Sejak hari itu aku dan ayahku terus berkelana. Mencari serta menjual obat-obatan. Setiap singgah di suatu daerah kami akan menetap beberapa waktu. Untuk menggali informasi dan tentunya mengasah kemampuan ku menggunakan sihir tanpa bantuan benda sihir. Ya, karena aku hanya manusia biasa bukan keturunan raja atau penyihir. Ternyata setelah lima tahun, kerajaan tahu jika ada rakyat biasa yang dapat menggunakan Mana Elemen lebih dari satu.Â
"Aku dan ayahku diburu bak penjahat. Ayahku tewas terjatuh di hutan kematian. Sedangkan aku terus berlari hingga menemukan gua ini. Monster-monster itu memang menyebalkan. Tapi para prajurit istana lebih menyebalkan.Â
"Aku terus melatih kemampuanku di dalam gua ini. Berdiam diri hanya membuat bersedih teringat ayahku. Meskipun kau bilang usiaku lebih dari 250 tahun, tapi jiwaku belum beranjak dari usia 20. Lalu, bagaimana kesatria dengan baju zirah masuk gua ini hingga ke bagian terdalam?"
"Kuda saya terluka tapi sama seperti Kakek, ada monster menjengkelkan yang juga mengejarku. Ada pintu keluar di ujung sana. Lumayan jauh, apa Kakek mau ikut denganku?"
"Apa kau sedang bergurau? Sudah ratusan tahun aku di sini. Tak ada jalan keluar di sana! Tua lah kau di sini bersamaku!"
"Ya sudah jika Kakek tidak mau, saya permisi." Nath bangkit dan hendak pergi.
"Tunggu! Ajak lagi aku berbicara. Kau tak tahu betapa kesepiannya aku selama ini?"[]
"Tapi saya tidak mau tinggal di gua ini bersama Kakek. "
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H