Wangi mawar pertanda pesta akan segera tiba. Lantai-lantai pualam dan marmer mulai menunjukkan kilaunya di setiap sudut istana.
Dan semua tampak asing di mata Julia. Tirai-tirai diganti, pohon-pohon dipangkas dan semerbak wangi anggur terus mengalir di setiap jengkal udara dalam istana.
Antara beruntung atau tidak. Kebahagiaan Julia dalam novel ditakdirkan berakhir setelah ini. Tapi Julia yang tengah menggenggam setangkai mawar itu tak mau menerimanya.
Ada undangan pergi bersama Ambeer siang ini dan Julia tahu apa yang akan terjadi setelahnya. Ada yang dapat dia hindari, ada juga yang tidak walau sejengkal.Â
Dari kejauhan Julia melihat jelas Ambeer berjalan di tengah lorong bangunan istana, dengan pilar menjulang tinggi yang tengah dibersihkan. Para pelayan menyapa dan memberikan tanda penghormatan kepadanya. Julia tersenyum. Tanpa sadar kakinya melangkah mengikuti jejak Ambeer. Tidak ada satupun bibir di sepanjang lorong yang menyapanya. Terang saja, dia adalah Julia, bukan sapaan yang didapatkan mata-mata merendahkan justru membidik tajam dibelakang pundaknya.
"Kita pergi saja dari sini, Yang Mulia," ajak Elle.
Julia juga menginginkan hal itu, tapi seperti kakinya tengah di luar kendalinya---tak dapat diberhentikan. "Tolong saya, Elle," pinta Julia.
Elle kemudian menarik lengan Julia dan menuntunnya ke arah sebaliknya. Ada dahaga yang tertimbun di dalam batin Julia. Haus akan rasa hormat dan sebuah kekuasaan. Sesutu yang akhirnya akan menghancurkannya berkeping-keping---mengenaskan.
Aroma tengah hari di pusat kota telah sampai ke dalam kereta yang di naiki Julia. Elle membuka sedikit tirai, senyum kegembiraan menggantung jelas di sudut bibirnya, pelayan itu menunjukkan tempat-tempat terkenal di pusat kota yang harus Julia datangi. Tempat para kalangan atas membuang-buang uang mereka. Butik, toko perhiasan hingga toko barang-barang antik. Begitu antusias Elle hingga dirinya tidak sadar jika tidak ada satupun dari tempat itu yang menarik hati sang Tuan Putri. Hingga kereta mereka berhenti tepat di depan butik yang sudah jadi langganan istana itu, pandangan Julia masih kosong. Di tempat asing itu dia tengah memulai rasa sepinya. Di tengah ibu kota Spolva, kisah tentang dirinya akan segera dimulai.
Dua orang berpakaian serasi menyambut Julia dan Elle. Aroma manis dan lembut seketika menyeruak keluar dari balik pintu begitu mereka mendekat.