Terlihat cantik. Melingkar di pergelangan tangan. Berdetik pelan dan memukau. Dia bilang, ini cocok untukku dan menbuatku terlihat lebih cantik. Tapi perasaanku mengatakan. Aku hanya seorang yang jarang ke luar rumah. Aku di rumah saja dan tidak mungkin memakainya. Tapi dia begitu bahagia dapat memberikanku ini. Jam tangan cantik berwarna biru.Â
Ada kupu-kupu di dalamnya dan juga berlian palsu yang entah mengapa begitu cantik. Dia berdetak dengan irama. Dari sisi manapun di mataku ia begitu cantik. Aku memang menyukainya saat melingkar di tanganku. Tapi bagaimana saat aku ingin memakainya ia malah berhenti bergerak. Aku ingin memaki tapi percuma saja.Â
Dia pasti juga lelah. Sesuka apapun aku dengannya, ia tetap menyerah juga. Mungkin aku bodoh. Bagaimana aku terus membiarkannya terdiam dalam laci, sedangkan seharusnya melingkar cantik di tanganku. Memberi tahukanku waktu dan mengisi kekosongan pergelangan tanganku. Sebuah hadiah yang manis dari yang tercinta. Itu adalah kisah sepuluh tahun yang lalu. Sebelum memikirkan harga susu terus naik begitu juga harga beras.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H