Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Julia (Bagian 9: Pemilik Mansion)

19 Juli 2023   12:43 Diperbarui: 19 Juli 2023   12:53 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin waktu tidak berjalan di sekitar Julia. Rasanya sangat lama, sang Tuan Rumah belum juga memberi kabar setelah 3 hari. Satu persatu penghuni berubah sikap. Kerajaan Dargale atau tempat apa pun itu lebih baik dari pada rumah dan tempat kerja Yuri. Di bawah naungan awan kelabu Julia tersenyum seperti orang gila. Memikirkan hidupnya kini yang tidak lagi bergantung pada pekerjaannya tidak lagi ada omelan ibu dan ayah.

Menjelang sore, Julia berniat untuk bersantai membaca buku. Sebuah ruangan besar dengan buku-buku jadi tujuannya. James memberikan kunci ruangan itu. 

"Siapa Anda?" seseorang berpakaian rapi baru saja muncul dari balik pintu mendekati Julia. Lelaki dengan carvat merah tua. Aroma tembakau mendahului langkahnya beriringan dengan aroma lavender. Tampan dan berkarisma.

Julia langsung membungkuk. "Perkenalkan nama saya Julia, Tuan."

"Siapa yang mengizinkan Anda masuk ruangan ini?"

Julia mengangkat kepalanya. "Saya mendapatkan ijin dari yang punya rumah, Anda siapa?" 

Ucapan Julia menyulut emosi lelaki itu. Suara langkahnya terdengar berirama, berjalan ke arah tempat duduk di dekat jendela. Lelaki itu membuka tirai panjang, memperlihatkan redupnya ujung senja. Setelah melepas sarung tangan. Lelaki itu mendekati Julia. Kali ini dia mulai ketakutan. Sorot tajam mata lelaki itu lebih memberikan dari pada tuan pemilik toko roti. Alisnya tebal dan rambutnya tak panjang seperti bangsawan yang biasa Julia temui.

"Saya adalah pemilik mansion ini. Dan saya tidak pernah mengizinkan siapapun memasuki ruangan ini," ucap lelaki itu. "Dan mungkin perlu Anda tahu, kalau saya Rez. Rez Crimson!"

Persis seperti namanya, ramput lelaki itu memang berwarna tembaga. Tidak pirang tidak juga emas. Wajahnya dingin untuk ukuran pria muda. Julia mengamati lelaki itu lekat tiap jengkalnya---rupa tanpa celah.

"Saya akan memikirkan hukuman untuk seseorang tamu yang tidak sopan menatap tuan rumah dengan napsu." Lelaki itu duduk menyilangkan kaki. Di keluarkannya benda kecil dari saku pakaiannya. Korek api dan sebuah cerutu sebesar kue beras. Julia masih terpaku tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya. Seperti karya seni yang harus ia kagumi. Tiba-tiba saja jantungnya melompat-lompat tidak karuan melihat lelaki yang mengembuskan asap rokok ke hadapannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun