Ada banyak sampah yang menumpuk di kepalaku. Menulis adalah wadah yang paling tepat untuk menumpahkan segalanya. Tapi sekali lagi, dunia penuh dengan aturan yang aku sendiri tidak paham.
Aku tersenyum, tak boleh menulis katanya. Tapi saat ini aku tengah mengetik di tengah malam. Tidak ini dini hari. Aku sangat bosan, isi kepalaku rasanya penuh sekali dengan banyak hal yang aku sudah tak sanggup menampungnya. Aku hanya butuh sedikit lagi kesabaran agar dapat melewati semua ini dengan baik. Tuhan akan membantuku melewatinya, itu pasti. Aku hanya tidak mau jadi durhaka, aku hanya tidak mau jadi tersangka. Melukai bukanlah aku, tapi dilukai sudah biasa untukku.
Lukaku akan kusembuhkan sendiri---tenang saja. Sedangkan luka orang lain aku tak berkuasa. Semua akan terlupa seiring berjalannya masa.
Tahukah jika banyak luka yang berhasil kututup, tapi banyak cerita yang masih tak sanggup aku buka? Aku tak kuasa untuk tidak tersenyum. Tapi batin tak dapat menahan satu tangisan.
Sampah-sampah dalam kepalaku harus kukuras, emosi-emosi dalam batinku harus kulepas. Aku akan menatap kedepan dengan mantap tanpa ada lagi keraguan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H