Bagi seorang yang gemar menulis, menerbitkan sebuah buku adalah impian. Melihat tulisan kita dalam bentuk fisik dan dinikmati oleh banyak orang adalah sebuah kepuasan yang bisa di bilang tidak dapat digambarkan.
Ada banyak penerbit yang bermunculan sekarang. Tapi, dapat menerbitkan di penerbit Mayor adalah impian. Namun sayangnya cukup sulit bagi para penulis untuk lolos menjadi salah satu yang bukunya diterbitkan di penerbit mayor atau bahkan penerbit indie.
Mencintai dunia tulis menulis sejak sekolah dasar membuat saya mempunyai impian untuk menjadi penulis dan menerbitkan sebuah buku. Tapi sayangnya, impian itu sempat padam setelah masuk SMA.
Dan tahun 2020 saya berhasil menyelesaikan satu judul Novel pertama saya, yang berjudul “Cokelat Kacang” saya menerbitkan buku pertama saya secara mandiri. Ada sebuah penerbitan yang memfasilitasi penulis untuk menerbitkan bukunya secara gratis. Buku Memang tidak langsung dicetak setelah mengirimkan naskah. Tapi buku akan dicetak setelah ada pemesanan.
Tidak sulit untuk kita sekadar menerbitkan buku, yang sulit itu adalah ketika menyelesaikan tulisan kita dan atau ketika kita mencari orang yang mau membeli karya kita itu.
Jika yang dipikirkan hanya buku itu terjual, maka yang didapat hanya rasa kecewanya. Tidak akan ada bahagia yang dicecap.
Tapi jika yang dipikirkan adalah kenangannya, saya pikir akan tetap membahagiakan. Pada suatu hari saya akan kembali membuka buku itu dan mengingat bagaimana kali pertama saya menyelesaikan tulisan saya itu.
Jujur saja, yang namanya pertama pasti tidak selalu bagus, saya akui karya saya masih jauh dari layak. Tapi saya tetap bangga dengan apa yang telah saya lakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H