Ramadan, bulan yang disucikan oleh Allah, dan bulan yang dinantikan umat muslim seluruh dunia.Bulan penuh berkah yang membawa manfaat meningkatkan spiritual dan kesadaran arti pentingnya ibadah puasa.
Namun, perubahan pola makan, tidur dan aktivitas sehari-hari selama ramadhan juga dapat memengaruhi kesehatan mental. Stres, kecemasan dan perubahan emosi dapat menjadi tantangan yang harus dihadapi, dus harus dicari solusi mengatasinya.
Ramadan adalah Serangkaian Stres.
Itulah yang saya alami dulu
Flashback ke masa di mana saya bekerja di perantauan, berada di tengah-tengah masyarakat mayoritas non muslim.
Puasa yang saya jalani seakan hanya menjadi rutinitas yang harus dilakukan. Seperti robot berjalan, berangkat kerja tetap pada waktu seperti sebelumnya, menahan lapar dan haus sendirian, beban pekerjaan yang sama dengan rekan-rekan yang tidak puasa, sungguh, butuh iman yang sekuat baja, untuk merdeka dari stres.
Dari serangkaian penyebab tres itu, lalu memunculkan pikiran ; bulan ramadan cepatlah berlalu, supaya hidup saya berjalan normal lagi.
Dengan kata lain, ketika ramadan telah berlalu, saya kehilangan esensi ramadan, tidak merasakan efek positif ramadan yang seharusnya meningkatkan nilai spiritual, dan pengendalian emosi.
Yang membuat saya stres ternyata adalah cara pandang saya tentang ramadan dan puasa. Itu yang harus saya ubah, ketika ramadan datang lagi.
Sekarang setelah dua kali ramadan saya jalani di rumah sendiri, tidak lagi bekerja di luar rumah, di lingkungan masyarakat muslim, menjadi kesempatan yang tidak boleh terlewatkan, yang harus saya manfaatkan dengan optimal.