Pengalaman pahit di masa lalu adalah bagian dari perjalanan hidup. Jika seseorang bijak menyikapi, maka tak ada kata 'seandainya' atau 'seharusnya' yang terucap
Cerbung bagian (1).
Salat duhur berjamaah di masjid perumahan baru saja usai.
Amiin, ucap para makmum serempak mengakhiri doa imam.
Lalu jamaah laki-laki gegas keluar masjid dan jemaah putri ada yang melepas mukenanya lalu melipatnya, pun ada yang tetap memakai nya, termasuk diriku karena tempat tinggal dekat di sekitar masjid.
Akhirnya tersisa sang imam dan seorang marbot.
Aku orang terakhir yang akan keluar dari ruang jama'ah putri.
Namun, langkahku terhenti.Dari balik kaca jendela, ku lihat seseorang memasuki halaman masjid, bukan seperti orang yang mau salat, lebih seperti orang yang kawatir ketinggalan pesawat.
Seorang lelaki muda, sekilas melihat penampilannya, kayaknya belum tersentuh air tuh wajahnya, mengkilat oleh keringat.
 Ia melepas jaket denimnya, nah, kusut pula! Lalu membuka topinya.