Jika derita adalah napas mu. Hirup lah sekuat kau mampu.
Dan jika cinta tak lagi tersisa. Lepaskan lah, tanpa harus mencipta luka.
---
"Baik, mari kita bersepakat."
Zuna bergeser lebih mendekat, kurasa untuk mencegah agar percakapan kami tidak didengar oleh orang di sekitar.
" Kita sudah sama-sama dewasa, sudah lama saling mengenal, pastinya kamu tahu kalau aku mencintaimu," ucapnya di telingaku.
Aku tahu.
Lalu tangannya meraih tanganku. Ku biarkan saja.Kini, tak ada lagi yang kurasakan. Padahal dulu jantung ku selalu bergetar, bahkan ketika hanya saling pandang.
"Ku hargai niat baik mu. Tapi aku minta maaf, aku tidak bisa dan tidak mau kita menikah." ku beranikan diri berbicara sambil menatap lurus ke arah matanya.
Dia tidak terkejut, namun wajahnya sendu dan tatapannya berubah sayu.