Mohon tunggu...
Umi Salamah Dan TIM
Umi Salamah Dan TIM Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Pendidikan Seni Rupa UM

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gaya Membimbing Anak dengan Pendekatan Neuroparenting

21 Juni 2023   00:28 Diperbarui: 21 Juni 2023   00:34 1873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Parenting Neurosience atau Neuro Parenting adalah istilah yang dibuat untuk megindikasikan  segala sesuatu yang berhubungan dengan pengasuhan anak berbasis kinerja otak. Neuroparenting mempelajari tumbuh kembang otak anak dan membuat otak anak tumbuh  berkembang secara normal. Dasar dari Neuroparenting adalah ilmu neurosains dan ilmu perenting. Neurosains  ( neuroscience) berasal dari kata "neuron" artinya sel saraf  dan "science" yang artinya ilmu. Jadi melalui penjelasan tersebut Neuroscience adalah ilmu sel saraf sedangkan parenting secara umum berhubungan dengan pengasuhan anak

Mengapa Sel Saraf berhubungan dengan Pola Pengasuhan Anak ?

            Berpikir / berperasaan yang baik merupakan hal yang diperlukan untuk membentuk perilaku anak yang mulia. Proses tersebut terjadi di tingkat Neuron (sel saraf otak ). Terbukti proses berpikir dan bersikap serta  berperilaku seorang manusia termasuk proses pengasuhan terjadinya di tingkat neuron (sel saraf) ini. Oleh sebab itu, secara umum Neuroparenting di definisikan sebagai ilmu pengasuhan anak berbasis kinerja otak. Terdapat hubungan antara perilaku pengasuhan dan kinerja otak, baik otak anak dan otak orang tua. Dalam riset ilmu otak neuroparenting yang terbaru telah ditemukan hubungan yang erat antara aktivitas dan otak dengan perilaku manusia. 

Dengan menggunakan alat pemindai otak yang bernama PET (Positron Emmision Tomographi) ditemukan 6 area otak itu adalah pre frontal cortex (pfc), girus cingulatus, limbic system, basal ganglia, lobus temporalis dan cerebellum. Perilaku yang berhubungan aktivitas otak termasuk perilaku bagaimana orang tua melakukan proses pengasuhan terhadap anaknya. Anak yang mengalami perlakuan pengasuhan yang kurang baik dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada otak anak. Dan pada akhirnya anak akan bersikap dan berperilaku buruk, ADD, ADHD , Psikopat dan OCD adalah hasil pengasuhan orangtua yang buruk

Dilansir dari Kegiatan Silaturahmi Wali Murid baru Lembaga Pendidikan Al Falah Darussalam Tropodo (LPFDT) bersama Dr. Aisah Dahlan, Cht, CM.NLP, Pada hari Sabtu (03/07) berlangsung secara online menggunakan media zoom dan live akun resmi You Tube LPFDT.  Yang dimulai pada pukul  08.30 WIB. Dalam membuka  pemaparannya dr. Aisah  Dahlan mengutip QS. Al Isra' ayat 8 yang artinya : '' Katakan  ( Muhammad ), ''Setiap orang berbuat sesuai pembawaannya masing masing ''. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. Ayat ini menafsirkan tentang cara manusia dalam bersikap dan berperilaku yang ditentukan oleh pembawaannya masing masing. 

Sehingga  hal tersebut dapat dipahami bahwa setiap manusia tidak akan sama dalam bersikap dan berperilaku, karena pembawaan mereka berbeda beda. Kata pembawaan " pembawaan " menurut kamus ilmu psikologi dikenal istilah watak dan bakat. Sedangkan watak dan bakat manusia dibentuk dan dikembangkan sejak usia dini. Oleh sebab itu tugas utama orang tua yaitu membentuk dan mengembangkan watak dan bakat anak dengan menggunakan model pengasuhan yang tepat salah satunya adalah neuroparenting .

Langkah awal neuroparenting yang harus dilakukan oleh orang tua dalam mengasuh anak adalah mengenali watak dan bakat mereka.Watak bisa diturunkan secara genetik. Tidak berubah tapi bisa dibentuk. Program watak yang diturunkan secara genetik melalui kromosom. Allah simpan di bagian otak yang disebut lobus parietal. Pada bagian tersebut pula tersimpan data dan informasi mengenai kecerdasan seseorang. Orang tua harus senantiasa  memperhatikan asupan makanan dan nutrisi untuk otak anak. 

Orang tua juga harus pula menjaga kondisi emosi anak dalam keadaan baik dan stabil. Ketika anak senang  dan bahagia akan membuat mereka mudah menerima informasi dan nasehat. Oleh karena itu baik orang tua dan guru ketika menyampaikan pesan kepada anak agar mereka mudah memahami dan mengingatnya harus memastikan kondisi emosi mereka dalam keadaan baik. Maka tidak diperbolehkan orang tua dan guru bersikap tidak baik kepada anak seperti memarahi, menghardik bahkan bersikap kasar kepada anak. 

Karena perbuatan tersebut dapat  memperburuk kondisi emosi anak dan dapat merusak sel saraf otak. Apabila hal tersebut telah terjadi maka sebaiknya orang tua dan guru segera meminta maaf dan membuat emosi mereka menjadi senang dan bahagia. Ketika kondisi sel saraf otak stress dan frustasi dapat dipastikan anak anak akan cenderung lambat dalam menerima dan mencerna informasi. Selain menghambat bakat dan kecerdasan kondisi watak seorang akan terbentuk menjadi watak yang tidak baik. 

Efek domino ini bisa terjadi jika orang tua dan Guru tidak mampu memberikan pendidikan dan pengasuhan yang baik kepada anak. Agar proses pendidikan dan pengasuhan anak dapat maksimal dan optimal maka terlebih dahulu orang tua dan Guru perlu memastikan kualitas kesehatan mental mereka.

Mengetahui bakat dan kecerdasan bagi orang tua dan guru juga sangat penting. Karena dengan mengetahui hal tersebut Orang tua dan Guru mampu mengontrol emosi, terutama stress yang tinggi akibat adanya banyak permasalahan yang dihadapi, dengan melakukan hal hal yang menjadi minat dan bakat mereka. Melakukan hal hal yang sesuai dengan minat dan bakat dapat mengalihkan kondisi mental yang buruk akibat stress, menjadi sehat karena perasaan senang dan bahagia yang didapatkan. Sejalan dengan pemaparan dr. Aisah Dahlan bahwa kecerdasan atau bakat manusia bersifat laten, tersembunyi atau terpendam dan ada pada setiap manusia, namun dengan kadar perkembangan yang berbeda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun