Mohon tunggu...
Umi Rohimatun
Umi Rohimatun Mohon Tunggu... -

-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Penurunan Harga Gas Elpiji, Apakah Pencitraan atau Rekayasa?

7 Januari 2014   12:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:04 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari lalu, harga LPJ 12 kg naik drastis. Hal itu tentu saja mencekik rakyat. Pasalnya banyak pengusaha menengah ke bawah yang banyak menggunakan Gas LPJ 12 kg sebagai bahan bakar utama. Banyak pedagang yang bingung apakah akan menaikan harga atau tidak menaikan harga dagangan mereka. Pasalnya, apabila mereka menaikan harga di khawatirkan akan terjadinya penurunan pembelian. Dan sebagian pedagang tidak menurunkan harga tetapi beralih ke LPG ukuran 3 kg yang harganya bisa dijangkau. Tentu saja hal ini juga berimbas pada rakyat umum yang menggunakan LPG 3 kg.

Harga LPJ yang naik drastis, dari 90 ribu rupiah (Rp. 90.000) menjadi Rp. 135.000,00. Hampir 50% kenaikan yang terjadi, dirasa sangat para pengusaha kecil menengah (UKM) dan menyuliltkan rakyat kecil.

Setelah Tarif Dasar Listrik (TDL) kini giliran gas LPJ yang di naikan. Tetpi kenaikan gas LPG 12 kg ini tidak berlangsung lama. Senin, 6 Januari 2014 akhirnya gas LPJ diturunkan pada rapat bersama sejumlah mentri seperti mentri Perekonomian, Hata Rajasa, menteri BUMN Dahlan Iskan dan mentri ESDM Jero Wacik. Dalam rapat tersebut membahas revisi kenaikan harga LPG 12 kg yang dirasa tidak sesuai dengan kemampuan daya beli masyarakat. Dan mulai hari ini, selasa 7 Januari harga LPG 12 kg turun menjadi Rp 89.000,00 - Rp. 91.000,00. Dan harga di konsumen menyesuaikan taris transport untuk masing-masing daerah.

Bagi rakyat biasa pada umumnya, penurunan harga gas LPG 12 kg tersebut tentunya melegakan hati. Dan mengurangi beban pikir masyarakat ditengah kenaikan semua bahan pokok. Namun, di sisi lain apakah penurunan gas LPG 12 kg apakah ada unsur politik. Apakah hal tersebut suatu yang di planing. Atau malah sebagai sebuah pencitraan. Karena kita tahu tinggal beberapa bulan ke depan, seluruh rakyat Indonesia akan melakukan pesta demokrasi terbesar nigeri ini.

Apakah benar atau tidak tentang adanya pencitraan dalam penurunan gas LPJ 12 kg yang cepat dan dadakan ini, namun hal ini dirasa sangat mendadak. Menurut pemerintah, penurunan ini didasarkan pada tingkat daya beli masyarakat saat ini. Namun, hal ini terkesan aneh. Pasalnya tiba-tiba harga LPG dinaikan hampir setengah dari harga awal. Dan kini, harga kembali turun di kisaran harka Rp. 90.000,00.

Apakah hal ini ada kaitannya dengan PEMILU 2014 yang akan di selenggarakan beberapa bulan ke depan. Pasalnya banyak politisi yang tampil dan berusaha menolak kenaikan LPG, seakan-akan sebagai pahlawan yang siap memperjuangkan kesejahteraan rakyat di Indonesia. Dan hal tersebut seolah-olah ada rekayasa politik dibalik naik turunnya LPG 12 kg yang mendadak.

Namun pendapat masyarakat terhadap turunnya LPG ukuran 12 kg, meraka merasa lega karena tidak lagi naik. Menurut warga Bantul, mereka sangat lega karena harga LPG kembali normal. Pasalnya, apabila harga LPG tetap naik, mereka merasa tercekik dengan keadaan yang saat ini. Dimana segala kebutuhan bahan pokok yang serba naik. Sedangkat pendapatan mereka yang tidak mengalami kenaikan yang berarti.

Semoga, rakyat tidak lagi dijadikan boneka untuk keperluan politik para petinggi-petinggi negara ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun