Mohon tunggu...
Umi Nur Khamidah
Umi Nur Khamidah Mohon Tunggu... Model - UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KYAI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

hobi makan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Implementasi Pembelajaran Model Berbasis Kontekstual

31 Mei 2024   11:10 Diperbarui: 31 Mei 2024   11:15 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

A. Pengertian Pembelajaran Kontekstual 

Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut Elaine B. Johnson adalah: strategi pengajaran yang bertujuan membuat materi akademik yang dipelajari siswa lebih bermakna bagi mereka dengan membuat hubungan antara mata pelajaran dan pengalaman dunia nyata, khususnya dalam konteks sosial, budaya, dan pribadi. Pencapaian tujuan memiliki delapan komponen: Membangun hubungan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang bermakna, pembelajaran mandiri, kerjasama, berpikir kritis dan kreatif, mendukung pertumbuhan dan perkembangan pribadi, Mempertahankan standar yang tinggi, menggunakan penilaian otentik.

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah sebuah gagasan yang membantu guru dalam menghubungkan materi yang diajarkannya dengan keadaan kehidupan sebenarnya dan memotivasi siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang telah dipelajari dengan penerapan praktis dalam kehidupan sehari hari,  tujuh komponen utama yang melibatkan pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme (constructivism), bertanya (quetioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assesment).

Adapun definisi pembelajaran Kontekstual / Contextual Teaching and Learning (CTL): 

  • Jonhson: strategi pengajaran yang bertujuan membuat materi akademik yang dipelajari siswa lebih bermakna bagi mereka dengan membuat hubungan antara mata pelajaran dan pengalaman dunia nyata, khususnya dalam konteks sosial, budaya, dan pribadi.
  • Trianto: Pembelajaran kontekstual adalah ide pendidikan yang membantu siswa membuat hubungan antara apa yang telah mereka pelajari dan bagaimana mereka dapat menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari dengan memfasilitasi proses menghubungkan informasi yang diajarkan dengan pengalaman dunia nyata.
  • Yamin: Pembelajaran Kontekstual adalah belajar dari pengalaman, interaksi sosial, dan dunia nyata.
  • Nurhadi: Upaya seorang guru untuk membantu siswa dalam memahami makna isi yang dipelajarinya, terutama melalui penggunaan suatu teknik pembelajaran, dikenal dengan istilah pembelajaran kontekstual.
  • Tampubolon: Selama kegiatan pembelajaran, pendekatan kontekstual digunakan untuk membantu siswa memperoleh pemahaman tentang situasi dunia nyata dan kehidupan sehari-hari dengan memaparkan mereka pada berbagai sumber yang isinya dapat ditemukan online atau dari sumber lain, bukan hanya sepengetahuan guru.
  • Sanjaya: belajar melalui pembuatan hubungan antara teori belajar dan keadaan kehidupan nyata.

Dipenjelasan di atas dapat dipaham bahwa pembelajaran kontekstual pendekatan pendidikan yang mengutamakan penggunaan pengetahuan dan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari. Metode yang mendorong siswa berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa harus aktif, kritis serta kreatif, siswa mampu memecahkan masalah, siswa belajar menyenangkan, penuh semangat , mengasykkan, dan menggunakan berbagai sumber belajar.

Dengan menggunakan paradigma pembelajaran kontekstual, siswa dibimbing dalam mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya melalui pengalaman menemukan makna pada materi yang dipelajarinya. Model ini berupaya membantu siswa dalam memahami tujuan, manfaat, dan status pembelajaran serta cara mencapainya. Penerapan model pembelajaran kontekstual ini kemungkinan besar akan memberikan siswa pengalaman hidup yang nyata dan bermakna, sehingga meningkatkan kemungkinan mereka memahami bagaimana apa yang mereka pelajari di kelas akan diterapkan pada usaha mereka di masa depan. Tujuan penerapan konsep pembelajaran kontekstual ini adalah untuk memberikan siswa pengalaman dan pengetahuan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran melibatkan lebih dari sekedar guru menyampaikan pengetahuan kepada siswa.

Berdasarkan pembahasan di atas menjelaskan bahwa Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) ) adalah strategi pengajaran yang bertujuan membuat materi akademik yang dipelajari siswa lebih bermakna bagi mereka dengan membuat hubungan antara mata pelajaran dan pengalaman dunia nyata, khususnya dalam konteks sosial, budaya, dan pribadi. dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme (constructivism), bertanya (quetioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assesment). Dengan menggunakan paradigma pembelajaran kontekstual, siswa dibimbing dalam mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya melalui pengalaman menemukan makna pada materi yang dipelajarinya. Jenis pembelajaran ini berfokus pada proses dimana siswa menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan model pembelajaran kontekstual ini kemungkinan besar akan memberikan siswa pengalaman hidup yang nyata dan bermakna, sehingga meningkatkan kemungkinan mereka memahami bagaimana apa yang mereka pelajari di kelas akan diterapkan pada usaha mereka di masa depan.

B. Karakteristik Pembelajaran Kontektual 

            Karakteristik pembelajaran kontekstual disebutkan sebagai berikut:

1.  Kerjasama

2.  Saling mendukung

3.  Menyenangkan

4.  Belajar dengan Semangat

5.  Pembelajaran Terpadu

6.  Gunakan banyak sumber

7.  Siswa aktif

8.  Bagikan sesama teman Anda

9.  Siswa yang kritis dan guru yang kreatif

Guru pembelajaran kontekstual bertanggung jawab membantu siswa dalam mencapai tujuannya.  Artinya, guru berurusan dengan strategi bukan sekedar menyajikan fakta.  Guru hanya membimbing kelas sebagai sebuah tim, bekerja sama untuk membantu anak-anak mempelajari sesuatu yang baru. Siswa merupakan fokus utama proses belajar mengajar dibandingkan guru. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, pengajar harus melakukan hal-hal berikut:

1. Mengkaji mata pelajaran atau teori yang akan dipelajari siswa.

2.  Melakukan penilaian mendalam untuk mempelajari pengalaman dan latar belakang siswa.

3. Periksa situasi kehidupan anak dan lingkungan sekolah, lalu pilih salah satu dan hubungkan dengan ide atau teori yang akan dibahas dalam sesi pembelajaran kontekstual.

4.  Rencanakan pembelajaran Anda dengan menghubungkan prinsip atau teori yang telah Anda pelajari dengan pengalaman siswa.

5.  Penilaian terhadap kemampuan siswa, yang hasilnya menjadi bahan refleksi terhadap rencana pembelajaran dan pelaksanaannya.

C. Tujuan Pembelajaran Kontektual 

Sistem CTL bertujuan untuk membantu siswa mengaitkan materi pelajaran  yang dipelajarinya dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks kehidupan sehari-hari. adapun tujuan-tujuan pembelajaran kontekstual sebagai berikut:

  • Memotivasi siswa untuk melihat bagaimana materi pembelajaran berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat mengembangkan reflektif yang dapat diterapkan pada situasi lain.
  • Belajar lebih dari sekedar menghafal saja tetapi juga perlu adannya pemahaman.
  •  Mendorong pengembangan keterampilan  siswa.
  • Untuk mengajarkan siswa berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, memungkinkan mereka mengidentifikasi dan menciptakan solusi yang berguna untuk diri mereka sendiri dan orang lain.
  • Untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas pembelajaran.
  • Mendorong anak untuk terlibat dalam kegiatan akademik pada kehidupan sehari hari.
  • Untuk memungkinkan setiap siswa menemukan dan mengkomunikasikan materi yang rumit dan mempersonalisasi pengalaman belajar.

Berdasarkan pembahasan di atas menjelaskan bahwa Sistem CTL bertujuan untuk membantu siswa mengaitkan materi pelajaran  yang dipelajarinya dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks kehidupan sehari-hari.

D. Landasan Teori Pembelajaran Kontektual

Pembelajaran kontekstual berlandas pada teori belajar kontruktivisme, Menurut teori konstruktivisme, anak harus belajar sendiri, mentransformasikan pengetahuan yang kompleks, membandingkan informasi baru dengan aturan yang sudah ada sebelumnya, dan mengubah aturan bila diperlukan. Gagasan bahwa guru melakukan lebih dari sekedar mentransfer pengetahuan kepada siswanya adalah salah satu konsep paling penting dalam psikologi pendidikan. Siswa harus mengembangkan pengetahuan mentalnya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa beliau memberikan setiap kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-idenya dan mendidik mereka agar sadar dan metodis dalam menerapkan apa yang telah mereka pelajari.

Berdasarkan pembahasan di atas menjelaskan bahwa Pembelajaran kontekstual berlandas pada teori belajar kontruktivisme, Menurut teori konstruktivisme, anak harus belajar sendiri, mentransformasikan pengetahuan yang kompleks, membandingkan informasi baru dengan aturan yang sudah ada sebelumnya, dan mengubah aturan bila diperlukan.

E. Penerapan Model Pembelajaran Kontektual 

  • Konsep dasar penerapan model pembelajaran kontektual

(1) Konstruktivisme (Constructivism)

 Teori konstruktivisme, Dalam psikologi pendidikan, salah satu gagasan paling penting adalah bahwa guru berbuat lebih banyak untuk siswanya daripada sekadar memberikan pengetahuan. Guru hanya ada untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan internalnya sendiri. Implikasinya adalah bahwa pengetahuan tidak boleh hanya sekedar disimpan dalam ingatan atau hafalan; Sebaliknya, ide atau informasi apa pun yang diperoleh siswa dapat bermanfaat bagi mereka di dunia nyata.

(2) Menemukan (Inquiry)

Model pembelajaran kontekstual menerapkan prinsip menemukan (Inquiry). Proses belajar melalui inquiry berpusat pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir yang metodis. Selain menugaskan sejumlah materi untuk dihafal, guru harus menciptakan gaya belajar yang mendorong siswa untuk menemukan sendiri informasi yang mereka butuhkan. Tugas utama pengajaran dan pembelajaran kontekstual adalah penemuan; dengan berusaha belajar, Anda akan mampu membuktikan bahwa pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan lain yang Anda perlukan berasal dari penelitian Anda sendiri, bukan dari hafalan serangkaian fakta.

(4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Siswa merupakan bagian dari komunitas dalam masyarakat karena manusia adalah makhluk yang menyendiri dan mudah bersosialisasi. Siswa bergabung dalam komunitas belajar ketika dituntut untuk menyesuaikan diri dalam bekerja sama dan menggunakan bahan belajar yang disediakan teman belajarnya. Komunitas belajar di dalam kelas dan sumber daya manusia lainnya (keluarga dan masyarakat) di luar kelas sama-sama memberikan pembatasan terhadap penggunaan sumber belajar.

(5) Pemodelan (Modelling)

Guru sebagai tenaga pengajar harus mampu menjadi teladan bagi siswanya,. Meskipun demikian, keterampilan yang dimiliki guru dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan siswa yang terus berubah dan beragam. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, instruktur tidak bisa lagi menjadi satu-satunya penyedia pendidikan bagi siswanya. Sebaliknya, mereka harus mengatasi tantangan dalam memenuhi berbagai persyaratan dan preferensi siswa yang beragam. Dengan demikian, model kreasi dapat dijadikan salah satu alternatif untuk membantu guru mengatasi kendala-kendala yang dimilikinya agar dapat menghasilkan pembelajaran yang pada akhirnya memenuhi harapan seluruh siswa.

(6) Refleksi (Reflection)

 Refleksi adalah metode memikirkan Kembali terhadap apa yang telah terjadi atau yang baru saja dipelajari. Membebaskan siswa mengevaluasi pengalaman mereka.

(7) Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment)

Untuk memudahkan pembelajaran, guru akan memahami kelebihan, kelemahan, dan kesulitan siswa. Dengan demikian, guru akan mampu melakukan koreksi-koreksi yang diperlukan dan memastikan proses pembelajaran dilaksanakan semaksimal mungkin. Dengan cara ini, guru benar-benar dapat memahami tingkat kemampuan siswa yang sebenarnya.

The Northwest Regional Education Laboratory USA mengidentifikasikan enam kunci dasar dari pembelajaran kontekstual, sebagai berikut:

1. Pembelajaran melibatkan pemahaman, relevansi, dan kesadaran diri siswa sehingga mempunyai rasa tanggung jawab yang kuat terhadap materi atau pelajaran yang relevan dengan kehidupannya sehari-hari.

2. Kemampuan mengamati bagaimana dan apa yang telah dipelajari dapat diterapkan pada mata pelajaran lain dan mempunyai penerapan praktis di masa kini dan masa depan.

3. Berpikir tingkat tinggi siswa diajarkan untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memperoleh informasi, memahami suatu permasalah serta menyelsaikan masalah tertentu.

4. Standar materi atau pengajaran yang digunakan dalam kurikulum didasarkan pada norma asosiatif, industri, lokal, nasional, dan dunia.

5. Responsive terhadap budaya:. pendidikan harus mengakui dan menghormati nilai nilai keagamaan, ritual, dan kebiasaan siswa, serta komunitas di mana mereka diajarkan.

6. Penilaian autentik: pemanfaatan berbagai strategi penilaian yang secara akurat mencerminkan tujuan pembelajaran nyata yang harus di capai siswa. memanfaatkan serangkaian teknik penilaian yang secara konsisten memenuhi tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan guru bagi siswa.

  • Prinsip Ilmiah Pembelajaran Kontekstual

Mendorong pembelajaran kontekstual di kelas akan membantu siswa dan guru memahami ilmu lain. Jonhson menguraikan tiga prinsip pengetahuan dalam CTL, sebagai berikut:

  • Prinsip saling ketergantungan

prinsip saling ketergantungan suatu kejadian di alam semesta ini pasti saling berhubungan dan bergantung pada segala sesuatu lainnya. Guru didorong untuk berbicara tentang interaksi mereka dengan siswa, pendidik lain, masyarakat, dan lingkungan berdasarkan prinsip saling ketergantungan CTL. Konsep saling ketergantungan mendorong kerja tim, kesadaran akan sudut pandang orang lain, inisiatif, perencanaan, dan pemecahan masalah di antara anggota staf. Tujuan utamanya adalah untuk menyoroti upaya unik yang dilakukan oleh setiap orang untuk memenuhi persyaratan akademik yang sangat baik.

  • Prinsip diferensi

Prinsip diferensias merujuk pada Dorongan alam semesta yang terus-menerus untuk menghasilkan keanekaragaman, keunikan, dan perbedaan disebut sebagai prinsip diferensiasi. Menurut konsep diferensiasi CTL, siswa bebas mengejar minat dan keterampilan mereka, sehingga menghasilkan pengembangan gaya belajar yang unik dan tingkat pertumbuhan individu. Di sini kreatifitas dan berpikir kritis selalu digalakkan agar dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

  • Prinsip pengaturan diri

Prinsip ini mendorong siswa untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Mereka bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan mereka, yang mencakup menilai pilihan, mengambil keputusan, merumuskan rencana, menganalisis data, merancang solusi, dan mengevaluasi bukti secara kritis. Lebih jauh lagi, melalui kontak antar siswa, mereka mengembangkan keterampilan dan perspektif baru sekaligus menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan bertahan hidup, dan batasan kemampuan mereka.

            Berdasarkan pembahasan di atas menjelaskan bahwa Pembelajaran kontektual terdapat tujuh penerapan dalam kurikulum  yaitu konstruktivisme (constructivism), bertanya (quetioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assesment). Terdapat enam kunci dasar pembelajaran kontekstual yaitu Pembelajaran melibatkan pemahaman, relevansi, dan kesadaran diri siswa sehingga mempunyai rasa tanggung jawab yang kuat terhadap materi atau pelajaran yang relevan dengan kehidupannya sehari-hari, Kemampuan mengamati bagaimana dan apa yang telah dipelajari dapat diterapkan pada mata pelajaran lain dan mempunyai penerapan praktis di masa kini dan masa depan, Berpikir tingkat tinggi siswa diajarkan untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memperoleh informasi, memahami suatu permasalah serta menyelsaikan masalah tertentu, Standar materi atau pengajaran yang digunakan dalam kurikulum didasarkan pada norma asosiatif, industri, lokal, nasional, dan dunia, Responsive terhadap budaya:. pendidikan harus mengakui dan menghormati nilai nilai keagamaan, ritual, dan kebiasaan siswa, serta komunitas di mana mereka diajarkan, Penilaian autentik: pemanfaatan berbagai strategi penilaian yang secara akurat mencerminkan tujuan pembelajaran nyata yang harus di capai siswa. memanfaatkan serangkaian teknik penilaian yang secara konsisten memenuhi tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan guru bagi siswa. Adapun 3 prinsip pembelajaran kontektual yaitu Prinsip saling ketergantungan, prinsip diferensi, prinsip pengaturan.

F. Langkah Langkah Penerapan  Pembelajaran Kontektual 

Langkah Langkah contedxtual teaching and learning dalam pembelajaran menurut

  • menumbuhkan gagasan bahwa anak-anak dapat belajar lebih efektif dengan bekerja sendiri, membuat penemuan sendiri, dan membangun keterampilan dan pengetahuan baru.
  • Lakukan aktivitas berbasis penyelidikan untuk setiap topik dengan kemampuan terbaik Anda.
  • Mendorong siswa untuk memiliki rasa ingin tahu dengan mengajukan pertanyaan.
  • membangun komunitas pembelajar.
  • menyajikan model sebagai sumber pengajaran.
  • Di akhir pertemuan, renungkan
  • Melakukan evaluasi nyata dengan berbagai metode 

Berdasarkan pembahasan di atas menjelaskan bahwa Langkah langkah pembelajaran kontekstual: menumbuhkan gagasan bahwa anak-anak dapat belajar lebih efektif dengan bekerja sendiri, membuat penemuan sendiri, dan membangun keterampilan dan pengetahuan baru, Lakukan aktivitas berbasis penyelidikan untuk setiap topik dengan kemampuan terbaik Anda, Mendorong siswa untuk memiliki rasa ingin tahu dengan mengajukan pertanyaan, membangun komunitas pembelajar, menyajikan model sebagai sumber pengajaran, Di akhir pertemuan, renungkan, Melakukan evaluasi nyata dengan berbagai metode.

 

G. Strategi Pembelajaran Kontektual 

Center for Occupational Research and Development (CORD) menjelaskan penerapan strategi pembelajaran kontekstual sebagai berikut:

1. Relating Pembelajaran berkaitan dengan latar peristiwa yang sebenarnya. Guru membuat kerangka yang disebut konteks untuk membantu siswa dalam memahami materi yang dipelajarinya

2. Experiencing dalam proses "mengalami" pembelajaran siswa secara aktif mengevaluasi  apa yang telah dipelajarinya dan mencari informasi baru dalam menciptakan hal-hal baru.

3. Applyng Pembelajaran menempatkan penekanan kuat pada proses penerapan dan menunjukkan pengetahuan sebelumnya dalam lingkungan tertentu.

4. Cooperating Melalui pembelajaran kelompok, komunikasi teman, atau mendengarkan sudut pandang orang lain.

5. Transferring Proses mengembangkan kapasitas untuk menerapkan pengetahuan dalam keadaan baru.

            Gaya belajar setiap sisiwa itu berbeda. Menurut Bobbi Depoter perbedaan gaya belajar dinamakan sebagai unsur modalitas belajar. Terdapat tiga gaya belajar siswa yaitu visual, Auditorial dan kinestetis. Visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, artinya siswa lebih cepat belajar dengan menggunakan indra penglihatan. Auditorial adalah gaya menggunakan alat pendengaran untuk memudahkan pembelajaran. Sedangkan kinestetis adalah gaya belajar dengan cara begerak dan menyentuh. Di pembelajaran kontekstual guru perlu memahami gaya belajar siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya belajar siswanya.

            Dalam menggunakan model pembelajaran kontektual Sanjaya menjelaskan ada beberapa hal untuk di perhatikan:

a) Pembelajaran kontekstual memandang siswa sebagai pribadi yang terus berkembang. Pengalaman dan tahap perkembangan seseorang akan berdampak pada kemampuan belajarnya. Pengalaman dan tahap perkembangan mereka akan mempengaruhi seberapa baik mereka dapat belajar. Dengan demikian, tugas guru adalah membantu sisiwa dalam belajar sesuai dengan setiap tahapan proses pembelajaran.

b) Setiap anak cenderungan untuk mempelajari hal baru dan keterampilan yang menarik. Oleh karena itu, bagi mereka belajar berarti menyelesaikan segala persoalan sulit. Oleh karena itu, memilih sumber daya pendidikan yang dipandang penting bagi pembelajaran siswa adalah tugas guru.

c) Proses menemukan hubungan antara informasi baru dan materi yang dipelajari sebelumnya dikenal sebagai pembelajaran siswa. Oleh karena itu, tugas seorang guru adalah membantu setiap siswa dalam menghubungkan antara apa yang telah dipelajarinya selama ini dengan apa yang belum dipelajarinya.

d) bagi siswa pembelajaran melibatkan proses menyelesaikan program yang sudah ada (asimilasi) atau membuat program baru (akomodasi). Untuk itu peran guru adalah memfasilitasi (mempermudah) asimilasi dan akomodasi siswa.

            Berdasarkan pembahasan di atas menjelaskan bahwa Strategi pembelajaran kontektual di gambarkan dengan relating, experiencing, applyng,cooperating, tranfering. Peran Guru dan siswa dalam pembelajaran Kontekstual, gaya belajar setiap sisiwa itu berbeda. Menurut Bobbi Depoter perbedaan gaya belajar tersebut dinamakan sebagai unsur modalitas belajar. Terdapat tiga gaya belajar siswa yaitu visual, auditorial dan kinestetis. Sanjaya menjelaskan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan model pembelajaran kontekstual yaitu Pembelajaran kontekstual memandang siswa sebagai pribadi yang terus berkembang. Pengalaman dan tahap perkembangan seseorang akan berdampak pada kemampuan belajarnya, Setiap anak cenderungan untuk mempelajari hal baru dan keterampilan yang menarik., Proses menemukan hubungan antara informasi baru dan materi yang dipelajari sebelumnya dikenal sebagai pembelajaran siswa, bagi siswa pembelajaran melibatkan proses menyelesaikan program yang sudah ada (asimilasi) atau membuat program baru (akomodasi).

H. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kontektual 

  • Kelebihan dar Contextual Teaching Learning adalah sebagai berikut

a. Pembelajaran menjadi lebih penting dan realisme. Hal ini berarti siswa harus mampu menarik hubungan antara apa yang mereka pelajari di kelas dan situasi dunia nyata.

b. Karena Model Pembelajaran Kontekstual (CTL) yang berbasis konstruktivisme dan mengharuskan siswa mencari informasi sendiri, pembelajaran lebih efektif dan dapat membantu siswa mengembangkan konsep penguatan.

  • Kelemahan Contextual Teaching Learning
  • Guru memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi dan menerapkan konsep, sekaligus mendorong kesadaran dan penggunaan strategi belajar individu secara sengaja.
  • Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan model pembelajaran yang menuntut guru untuk memberikan bimbingan yang lebih mendalam. Guru tidak lagi diperlukan untuk pengetahuan Anda. Oleh karena itu, tugas guru adalah memimpin siswa agar dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun