Permasalahan yang ditemui dalam lingkungan sekolah selama menjalani praktik pengalaman lapangan dua semester ini sangat beragam. Terdapat satu permasalahan yang menarik perhatian yaitu kecanduan mengakses video porno pada kebanyakan siswa. Kehadiran internet telah mempercepat penyebaran informasi ke seluruh dunia. Mengakses informasi, termasuk gambar-gambar porno dan berkirim video dengan sangat cepat dalam hitungan detik. Hal tersebut sangatlah meresahkan khususnya bagi kalangan remaja, karena pada masa remaja rasa keingintahuannya sangat besar terlebih kepada hal-hal yang baru. Salah satu streotip yang menonjol pada remaja adalah mereka sangat berminat apabila berbicara, mempelajari atau mengamati hal-hal yang baru (Fitriasary, 2009). Menurut (Hawari ,2010)pornografi mengandung dua arti yang itu yang pertama penggambaran tingkah laku secara erotis dengan perbuatan atau usaha untuk membangkitkan nafsu birahi seksual, misalkan dengan  pakaian  yang  merangsang.  Pengertian yang kedua  pornografi  adalah  perbuatan  seksual (cabul).
Berdasarkan hasil observasi di sekolah selama beberapa kali melakukan layanan bimbingan klasikal di kelas juga terdapat beberapa anak yang sering berkata ngelantur dan menjurus kearah pornografi. Namun, pada saat saya selesai melakukan layanan klasikal, saya menemukan seorang anak yang sedang mengakses konten porno dalam hp pribadinya. Peserta didik tersebut nampaknya sudah kecanduan pornografi, pemikirannnya cenderung irrasional karena dirinya merasa akan nyaman dan tenang setelah dirinya menonton video/film porno. Jika dirinya belum menonton video pornografi, dirinya belum memiliki semangat untuk belajar. Pemikiran-pemikiran tersebut tentunya tidaklah irrasional. Untuk itulah perlunya konseling individu dengan teknik REBT dimana diharapkan dapat membantu merubah pemikiran yang dahulunya irrasional menjadi pemikiran yang rasional. Hasil yang diperoleh yaitu perlunya dilakukan tindakan penyembuhan untuk menekan dan mengalihkan perhatian peserta didik untuk tidak melihat situs dan konten yang berbau pornografi. Salah satu tindakan yang dilakukan untuk dapat menyembuhkan yaitu dengan melakukan penyembuhan menggunakan layanan konseling individu dengan pendekatan REBT teknik journaling. Menurut  Bradley journaling adalah kegiatan menulis catatan harian  untuk  mengungkapkan  pikiran, perasaan, kebutuhan, dan ekspresi yang biasanya  disimpan  dalam  ranah  internal  pribadi (Bradley,  2016). Tantangan dan hambatan yang saya hadapi dalam melakukan layanan konseling individu ini adalah peserta didik yang kurang terbuka ketika saya melakukan layanan konseling karena perkenalan kami yang cukup singkat yang menimbulkan peserta didik sungkan untuk dapat mengungkapkan permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Sehingga saya memerlukan waktu untuk melakukan pendekatan pada peserta didik tersebut agar dapat mendalami permasalahannya.
Dalam proses konseling teknik journaling bisa membantu konseli untuk tetap terfokus pada tujuan konseling pada saat tidak sedang berada dalam sesi konseling. (Erford, 2017). Teknik journaling pada umumnya meminta konseli untuk membuat entri-entri jurnal antara sesi-sesi, kadang-kadang secara harian, dan berbagai refleksi-refleksi itu selama sesi berikutnya. Pada teknik ini konseli bebas menentukan tentang apa saja yang diinginkan, dan bisa saja konselor menentukan topik tertentu dengan tujuan fokus pada tujuan konseli.
- Sprint, katarsis didorong dengan memungkinkan klien menulis tentang apapun untuk jangka waktu tertentu, seperti lima menit atau sepuluh menit.
- Lists; klien menulis sejumlah item yang terhubung untuk membantu memprioritaskan dan mengatur.
- Captured moments; klien mencoba untuk sepenuhnya menggambarkan esensi dan pengalaman emosional dari sebuah ingatan.
- Unsent letter; ini untuk mencoba untuk membungkan sensor internar klien; itu dapat digunakan dalam proses berduka atau mengatsi trauma, seperti pelecehan seksual.
- Dialogue; klien membuat kedua belah pihak melakukan percakapan yang melibatkan apapun.
- Feedback, penting untuk konselor journaling sebagai umpan balik membuat klien sadar akan perasaannya; itu juga memungkinkan penulis untuk mengakui, menerima dan merenungkan apa yang telah mereka tulis sebelumnya (perasaan, pikiran, situasi dan waktu).
Menulis   jurnal (catatan   harian) memungkinkan   konseli   untuk mengungkapkan dan mengeksternalisasi pikiran, perasaan dan kebutuhannya, ekspresi-ekspresi yang biasanya disimpan untuk ranah internal pribadi menurut (Erford, 2017). Ellies dengan konsep REBT nya bahwa klien harus berfikir, berperasaan, dan bertindak melawan pemikiran yang mengecewakan (Palmer:  2010). Setelah menulis jurnal, sesuatu yang aktif perlu dilakukan seperti berlari, berjalan, peregangan, bernafas. Atau sesuatu yang menyenangkan seperti mendengar musik atau berbicara dengan seseorang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H