Mohon tunggu...
Umi Sahaja
Umi Sahaja Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Ibu bekerja yang ingin sukses dunia akhirat

Selalu berusaha membuat segalanya menjadi mudah, meski kadang sulit. 😄

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tanda-tanda Ilmu yang Barokah

30 Juni 2024   11:09 Diperbarui: 30 Juni 2024   21:13 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejak kemarin, aku sudah berniat akan mengikuti kajian Ahad pagi di masjid raya. Dua minggu lalu terpaksa absen karena ada aktifitas di duta. Karena gak yakin ada jadwal kajian, aku menanyakan kepada seorang teman yang terbiasa ikut kajian. Sebenarnya ada wag khusus untuk jamaah yang biasa ikut kajian, tapi karena aku masih pemula jadi masih belum gabung. Jawaban seorang teman itu menyatakan ada jadwal kajian untuk Ahad pagi ini. Alhamdulillah.

Beberapa saat sebelum berangkat, ada telepon dari saudara sepupu. Ternyata mengabarkan kalau kakaknya telah berpulang. Innalillahi wainna ilaihi rojiun, meskipun sudah tau perihal sakitnya tetap saja kabar duka ini terasa mengejutkan. Berulang kali aku beristighfar dan berdoa, baca Al-fatihah dan Al-Ikhlas. 

Aku tetap ikut kajian karena saudara sepupuku itu tinggal di luar kota. Tidak mungkin dijangkau dalam satu hari perjalanan. Jadi, yang bisa aku lakukan hanyalah membaca surat Yassin dan Al-fatihah khusus untuk arwah almarhum.

Sampai di masjid raya waktu menunjukkan pukul 06.00 wib. Ternyata para jamaah sudah banyak yang datang memenuhi masjid. Suasana pagi ini mendung sehingga tidak terlihat sinar matahari. Aku mencari tempat duduk yang kosong, lalu mendengarkan kajian sambil sesekali menulis di buku catatan, hal-hal yang sekiranya penting.

Pengisi kajian pagi ini seharusnya Abah kyai Najib dari Jombang. Namun karena beliau berhalangan, akhirnya digantikan oleh kyai yang dipanggil Mbah Bolong.

Kajian dimulai dengan doa agar mendapatkan ilmu yang barokah. Kyai melafalkan doa diikuti oleh semua jamaah. Selanjutnya materi kajian adalah tentang tanda-tanda ilmu yang barokah.

Kita mengikuti kajian atau majelis ilmu tentu ingin agar ilmu itu nantinya barokah, bermanfaat untuk kita maupun orang lain. Tanda-tanda ilmu yang barokah itu ada empat.

Satu, semakin bertambahnya keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah. Ilmu yang manfaat itu tandanya bisa menambah keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah. Jadi kalau setelah mengikuti majelis ilmu, imtaqnya tidak bertambah, itu tanda kalau ilmunya sia-sia.

Dua, mempunyai sikap tawadhu, yaitu sikap rendah hati dan tidak sombong. Orang yang ilmunya barokah, dia tidak akan sombong. Karena dia sadar, hanya Allah yang berhak sombong. Betapa ilmu yang kita miliki hanya seujung jari. Ada banyak orang lain yang ilmunya lebih tinggi dan lebih baik dari kita. 

Tiga, Zuhud. Adalah sikap yang tidak silau gebyarnya dunia. Dia mampu bersikap qonaah, merasa cukup dengan apa yang ada. Tidak bermewah-mewah. Tidak mengambil terlalu banyak hal-hal yang berhubungan dengan duniawi. Contoh konkrit sikap Zuhud ini ada pada almarhum Gus Dur. Sejak menjadi putra Kyai, pemimpin NU hingga menjadi presiden, Gus Dur tidak pernah mengambil lebih dari apa yang dibutuhkan, bahkan tidak mengambil keuntungan apapun dari posisinya saat itu.

Empat, mampu mengerem nafsu duniawi, nafsu untuk menguasai, nafsu untuk berbuat kerusakan di muka bumi. Orang berilmu yang ilmunya manfaat tidak akan melakukan kerusakan dan kemungkaran. Sehingga dunia menjadi rukun, aman dan damai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun