Mohon tunggu...
Umi Lasminah
Umi Lasminah Mohon Tunggu... Penerjemah - warga Jakarta, Indonesia, Semesta. Manusia adalah paling mulia, paling sederhana sekaligus paling kompleks

just the note of personal ideas, in searching of TRUTH as woman who live in Beautiful Indonesia, the legacy of GREAT NUSWANTARA created by the Ancestor of great human

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Stop Arabisasi Nusantara-Indonesia: Selendang

9 Januari 2013   09:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:20 2201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Stop Arabisasi Nusantara-Indonesia Nusantara berbeda dengan Arab dan Timur tengah. Di sana padang pasir panas, pohon pisang aja susah tumbuh, kalau tumbuh harus dipelihara. Di Nusantara pohon pisang tumbuh liar, tidak dirawat dan berbuah. Artinya apa? Di tanah ini, Ibu  Pertiwi menyediakan makanan buat anak-anaknya. Di Timur-tengah tak ada sebutan Ibu Pertiwi. Nusantara tidak panas dan berpasir, maka perempuan tak perlu memakai tutup kepala dan tutup wajah. Tak akan ada pasir dan debu yang menyerang rambutmu dan tubuhmu. Tutup kepala perempuan di Nusantara beragam, dan paling umum adalah SELENDANG, setiap daerah punya selendang. Selendang disimpangkan, kadang buat tutup kepala bila panas, kadang buat gendongan anak. Padanan Selendang adalah Kain, yang multifungsi, kain untuk tutup bagian bawah tubuh, juga untuk gendong anak, ayunan, untuk bawa barang, bawa gembolan. Kain bagi perempuan juga ada PUSAKA. Selendang juga menjadi bagian tak terpisahkan dalam upacara perkawinan, kehamilan, atau upacara kelahiran dan kematian. Ya, Nusantara Indonesia punya berbagai pakaian adat dan pakaian sehari-hari yang bermakna, tidak hanya sebagai penutup tubuh. Dari ujung Aceh hingga Papua ada ikat kepala, ada kain, ada selendang. Coraknya macam-macam dan semua memiliki nilai yang luar biasa, tak bisa dihitung dengan materi. Namun kini bila kita melihat realitas, bangsa Indonesia, khususnya perempuan sudah mulai dirasuki ajaran luar yang membuat mereka melupakan SELENDANG, bahkan bila kita mencari di google.co.id  selendang, maka yang keluar adalah Hijab. Yang pasti Hijab bukan pakaian asli Nuswantara. Untuk itu marilah kembali ke Leluhur, bahkan Cut Nyak Dien dari Aceh pun dulu  berjuang melawan kolonial beliau tidak pakai hijab. Hijab itu mengikuti cara-cara Arab yang semakin tersingkir dari kemajuan peradaban sejak wahab....semakin tertinggal lagi dan merebak ke mana-mana ajaran nya hingga ke Asia pada abad 18. Kita punya kekayaan budaya yang luar biasa, Kearifan Lokal= ilmu pengetahuan, rekayasa (bahasa sansekerta Teknologi adalah Rekayasa)  dan Tata Kelola Leluhur. Sebut saja arsitek, kuliter, pakaian, tak ada satupun di dunia (bahkan India yg OLEH ORANG BARAT dianggap mempengaruhi kita, tidak punya sebanyak kita Nusantara) Kini serangan dari ajaran luar yang akan menghapuskan ajaran Asli (antara lain menghapus bahasa Daerah) sudah akan dilaksanakan oleh mereka yang mau mengganti ajaran Nusantara/Pancasila...maka mari kita bersama Kembali Sejarah, dan DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG BUKAN MENJUNJUNG LANGIT LUAR. [caption id="attachment_226918" align="alignright" width="300" caption="sumber: kebudayaankesenianindonesia.blogspot.com"][/caption]

1357724870314683130
1357724870314683130
[caption id="attachment_226922" align="alignnone" width="300" caption="sumber: mimbarsaputro.wordpress.com selendang mayang sampur"]
13577249101941267758
13577249101941267758
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun