Cara Kerja Liberal: Yang Penting Produksi dan Keuntungan, jualan produk dan karya Kiri
Kaum liberal di Indonesia meninggalkan jejak dimana saja. Pada karya seni, institusi "pseudo" seni atau pendidikan atau melalui Kebijakan. Jejak kaum liberal Indonesia dimungkinkan oleh jarena mayoritas mereka adalaj kelas menengah atas dan kaya raya dan banyak dari mereka ada didalam pemerintahan (memegang peranan membuat kebijakan Negara/pemerintah).
Mengapa kaum liberal bisa berada di berbagai posisi dan menjadi penentu kebijakan. Kembalinlagi kepada fakta bahwa merekankelas menengah terpelajar dan kaya raya, dan banyak di antaranya penerus keturunan dari partai "pseudo" sosialis yang sesungguhnya liberal.
Bagaimanapun dalam sejarah kehidupan ekonomi politik modern, kaum liberal adalah pengemban setia kapitalis. Politik liberal bertujuan mematangkan dan mengembangkan ekonomi kapitalis.
Hal ini juga terjadi pada feminis liberal yang tak beraksi dalam menghadapi penindasan buruh olej kapitalis, atau pengeksploitasian perempuan sebagai sumber keuntungan dari penindasan oleh ideologi seksis: perempuan sebagai komoditi. Ketika industri memproduksi berbagai komoditas manufaktur mensasar tubuh perempuan dan juga laki2 a.l komestika dan produk perawatan tubuh, feminis liberal tak bereaksi. Bahkan ketika berbagai bentuk pemilihan ratu kecantikan muncul dengan sponsor industri, feminis liberal tak bereaksi. Feminis liberal tetap teguh pada semangat yang sama dengan politik liberal kapitalis individualitas yang utama. Kebebasan individu yang utama termasuk kebebasannperempuan, dikenal dengan women's lib. Padahal kebebasan perempuan tidak akan mungkin hadir ketika secara kolektif perempuan tidak terbebaskan dari patriarki.
Patriarki sebagai ideologi kekuasaan yang mengedepankan nilai-nilai maskulinitas dan menempatkan laki-laki sebagai Sang Pemilik layak kekuasaan dan keseluruhan sistemnya. Pada sistem ini supra struktur Negara dan infrastuktur keluarga dibangun dengan cara pandang ideologi ini. Keseluruhan ilmu pengetahuan dan tatacara hidup dan berbudaya manusia ditentukan dengan sistem ini. Paling tidak terbukti nyata dalam bangunan kerangka berpikir pengetahuan modern, jejak sejarah manusia modern dan pengejawantagannya dalam kehidupan kenegaraan kini.
Kembali lagi ke liberal dan fakta kerjanya..semua bidang dapat dirambah oleh kaum liberal untuk kepentingannya. Apakah kepentingan penguatan ideologi liberal maupun keuntungan ekonomi kalangan tersebut.Sehingga perusahaan yang notabene kapitalis pun tak segan mengguakan jargon kaum kiri seperti “Revolusi” yang dipakai oleh Toyota ataupun ketika foto Che Guevara yang menjadi produk icon komersil. Tak berhenti disitu perusahaan percetakan yang notabene liberal seperti Tempo pun tak sungkan untuk memanfaatkankiri untuk dipaketkan dijual dalam bentuk buku, atau feature tulisan cerita di majalah Tempo. Toh yang dijual oleh Tempo adalah produk buku, biografi dan tentang pejuang Indonesia dalam serial buku Bapak Bangsa termasuk Tan Malaka, dan Soekarno. Artinya hanya berjualan dan tidak bermaksud mensosialisasikan ajaran yang bukan liberal. Sama halnya dengan pertunjukkan yang dipentaskan di galeri budaya terkait Tempo, Salihara sekiri apapun tema topic pertunjukkan yang disajikan di wahana berkesenian tetap saja tak lebih sebagai sebuah pertunjukkan. cuma komoditas A merely commodity. Sama hal nya dengan segala produk komunitas yang dihasilkan dari eksploitasi Che Guavara..yang diadopsi oleh theCheStore.com yang memproduksi dan menjual produk pakai dan aksesoris Che Guavara mulai dari t-shirt maupun aksesoris lainnya.
Bagi kapitlalis liberal, segala cara mencapai tujuan adalah sah, utamanya mendapatkan keuntungan atau memperoleh ‘kepuasan’ diri individu. Pengutamaan nilai-nilai individualitas adalah bagian tak terhindarkan dari paham liberal dalam berkesenian. Art for art adalah liberal. Pada titik ini seniman lebih melekat pada karya dibandingkan pada karyanya dengan masyarakat penikmat atau konsumen. Kemelekatan itu adalah bagian dari liberalisasi ekspresi individu.
Semua yang dipaparkan di atas tentang cara kerja liberal tentu saja berbeda dengan cara kerja dari Pancasila yang adalah nasionalisme sosialis, yang mengedepankan nilai kemanusiaan dalam berkebudayaan dan menjunjung tinggi kemuliaan manusia. Sehingga tidak akan diutamakan keuntungan setingginya pada sekelompok sedikit orang atau korporasi namun merugikan dan menindas manusia dan masyarakat lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H