Jakarta, 27 April 2021 -- Pada tanggal 21 April 2021 Kapal selam KRI Nanggala 402 dikabarkan hilang kontak di perairan utara bali dalam kedalaman 800 meter dari permukaan laut. Penyebab tengelamnya kapal ini masih diinvestigasi namun TNI AL meyakini bahwa penyebab KRI NANGGALA 402 bukan dikarenakan human error, melainkan karena faktor alam.
Semenjak hilang kontak kapal ini masih memiliki harapan karena menurut KSAL Laksamana Yudo, oksigen dalam KRI Nanggala-402 masih bisa bertahan selama 72 jam dan awak kapal sudah dibekali pengetahuan untuk mengatasi setiap masalah yang muncul di dalam kapal selam dan terdengar dari sea rider penjejak bahwa kapal selam KRI Nanggala-402 telah melaksanakan peran persiapan bertempur, menyelam, dan sebagainya. Namun setelah segala upaya pencarian dan penyelamatan awak kapal selam KRI manggala 402, 53 orang yang terdiri dari 49 ABK, seorang komandan satuan, dan tiga personel senjata dinyatakan semuanya gugur.
Dalam upaya pencarian kapal selam ini membutuhkan banyak pihak, negara lain juga sudah diizinkan untuk membantu tapi untuk datang ke Indonesia, namun untuk sampai ke Indonesia juga membutuhkan waktu. Setelah pencarian dan sudah lebih dari 72 jam kapal KRI Nanggala belum juga ditemukan, hanya ditemukan barang-barang dari kapal yang sudah keluar dari kapal. Banyak kendala dalam pencarian kapal ini karena kedalaman laut yang sangat dalam sulit untuk mereka untuk mencapai tujuan karena tekanan udara dan kawasan yang tidak mudah dijangkau oleh kapal-kapal pencari.
Risiko ini merupakan termasuk risiko yang Sangat berat. Karena dalam misi penyelamatan ini Indonesia memiliki keterbatasan perangkat atau sarana penyelamatan bawah air juga menjadi hambatan dalam proses pencarian. Juga kondisi alam atau arus laut bali ini sedang relatif kuat dan memutar karena ada pengaruh arus global yang disebut Alindo atau arus laut kepulauan Indonesia. Kapal selam yang yang membantu juga tidak dapat menyelam hingga lebih dari 500 meter, terdapat risiko tekanan air apabila dilakukan pencarian dengan cara ikut melakukan penyelaman, dengan kedalaman 838 Meter merupakan over-capacity untuk kapal selam melakukan penyelaman.
Dalam hal ini, dalam menanggulangi risiko penting untuk melakukan evaluasi terhadap lembaga pendidikan TNI agar para perwira mendapat kesempatan memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik dan cukup. Dan melakukan audit terhadap sistem perawatan, perbaikan, dan pemeriksaan kapal selam dengan prosedur yang ketat. Indonesia juga harus membeli kapal selam penyelamatan seperti yang dimiliki oleh singapur, karena kapal selam bisa masuk mencapai hingga kedalaman 850-900 meter dr permukaan laut, yang mana kapal selam patrol biasa hanya bisa masuk hingga kedalaman 500 meter saja, dan berguna untuk antisipasi jika terjadi kejadian seperti saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H