Pendidikan memiliki peran penting atas terbentuknya individu yang berdaya. Pendidikan dapat menjadi wadah bagi setiap orang untuk dapat mengembangkan karakter, menemukan jati diri, pengembangan bakat minat, pemberdayaan secara pribadi, bahkan menjadi salah satu cara menemukan solusi atas sebuah permasalahan. Pentingnya pendidikan ini semakin disadari menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi untuk para peserta didik. Tentunya, kesadaran ini muncul terutama dari sang pendidik utama di dalam keluarga yaitu orangtua.
Orangtua tentu memiliki harapan tertentu atas perkembangan diri anak-anaknya. Salah satu usaha yang sudah pasti dilakukan memberikan fasilitas pendidikan formal yang layak untuk putra-putrinya. Bahkan, orangtua tidak tanggung-tanggung memilih sekolah terbaik versi mereka dengan tujuan anak-anaknya bisa memperoleh pendidikan dari para guru berpotensi dan profesional. Maka, ada tambahan peran guru yang juga menentukan pembentukan diri peserta didik menjadi individu yang berdaya untuk dirinya.
Dua peran penting ini tentu tidak dapat dipisahkan apabila dikaitkan dengan proses pembentukan dan pengembangan diri peserta didik. Sebelum memasuki usia sekolah, orangtua tentu menjadi tokoh utama yang memainkan peran memberikan pengasuhan dan pendidikan terhadap anaknya. Memasuki usia sekolah, pihak lain dalam hal ini adalah guru menjadi tokoh pendukung dalam memberikan pendidikan terhadap peserta didik. Lalu mana yang lebih berperan besar, orangtua atau guru?
Seringkali, banyak ditemukan kasus-kasus penyimpangan peserta didik usia remaja bahkan usia masih kategori anak-anak terjadi di sekolah. Pada situasi tersebut, tidak jarang ditemukan orangtua yang memandang sebelah mata bahwa kejadian tersebut menjadi kesalahan utama pihak sekolah termasuk para guru yang mendampingi putra-putrinya. Padahal, apabila ditilik lebih jauh bisa saja permasalahan yang terjadi pada peserta didik di sekolah merupakan efek dari pengasuhan atau permasalahan yang sedang dialami di dalam keluarganya.
Hal ini menjadi bahan refleksi untuk diri saya sendiri yang memang banyak menemukan fenomena-fenomena tersebut di lingkungan sekolah. Berperan menjadi guru, tentu bukanlah hal yang dapat dianggap enteng tanggungjawabnya. Orangtua tentu sudah mempercayakan kepada kami mengantarkan anak-anaknya supaya dapat terbentuk menjadi individu terbaik sesuai kapasitasnya. Kami, para pendidik pun tentu dengan hati nurani, kode etik, dan keprofesionalan memberikan pendidikan yang sesuai dan terbaik untuk para peserta didik. Maka bukan lagi berusaha saling menyudutkan dan berkompetisi menjadi pendidik paling baik untuk anak-anak, melainkan berkolaborasi mewujudkan pendidikan yang terbaik untuk putra-putri kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H