"Nogosari.....,pepes.....,urap-urap.....anget."
Suara itu selalu kudengar tiap pagi sebelum aku berangkat ke sekolah. Suaranya sangat lantang meskipun tanpa pengeras suara. Mendengar suara itu,aku langsung ke luar rumah dan menghentikannya. Ibu paruh baya itu melayani ku dengan sabar dan selalu menebar senyum. Tiap pagi selalu kudengar suara yang sama.
Akupun sering menghentikannya dan kami pun mulai akrab. Dan aku mulai bertanya pada ibu tersebut perihal keluarganya,sampai akhirnya beliau pun bercerita perihal ekonomi keluarganya yang pas-pasan. Pekerjaan suaminya yang tidak menentu membuatnya berjualan berkeliling kampung. Menenteng keranjang ukuran sedang berisi kue nagasari,pepes ikan dan urap-urap (makanan yang berisi sayur-sayuran ditambah parutan kelapa yang berbumbu).
Ibu paruh baya itu menggantungkan harapan-harapannya kepada buah hatinya. Beliau tidak ingin buah hatinya mempunyai nasib yang sama dengannya.Beliau ingin suatu hari nanti sang buah hati bisa mengubah kondisi ekonomi keluarganya.
Beliau bercerita bahwa putrinya yang pertama saat itu sudah kuliah di salah satu universitas swasta yang terkenal di kota Malang. Mendengar pernyataan beliau membuatku kagum akan perjuangannya. Seorang ibu penjual urap-urap bisa menyekolahkan putrinya sampai ke perguruan tinggi.
Dari caranya bercerita aku tahu kalau beliau tidak merasa terbebani. Malah beliau merasa bangga bisa menghantarkan putrinya samapai ke perguruan tinggi. Inilah penyemangat beliau tiap pagi untuk berjualan berkeliling dengan berjalan kaki dari kampung ke kampung.
Beliau tidak mempedulikan beratnya keranjang dan teriknya sinar matahari yang selalu menemaninya. Motivasinya hanya satu memberikan pendidikan yang layak bagi buah hatinya.
Ibu penjual urap-urap itu mengajarkan kepada saya akan arti keikhlasan dalam memegang amanah dari Allah Subhanahu wata'ala. Anak adalah amanah. Salah satu bentuk menjaga amanah yang diberikan kepada kita adalah dengan memberikan pendidikan yang layak.
Inilah yang dilakukan oleh ibu penjual urap-urap tersebut. Beliau begitu ikhlas bekerja keras demi memberikan pendidikan yang layak bagi sang buah hati. Rasa letih,lelah dan sakit itu akan hilang ketika kita melakukan suatu pekerjaan penuh dengan keikhlasan dan hanya mengharap ridha-Nya.
Pelajaran yang berikutnya adalah tidak mudah menyerah dan mudah menyalahkan kondisi. Masih banyak diantara kita yang mudah menyerah dan menyalahkan kondisi ketika ada satu rintangan ringan saja yang menghadang kita.
Allah sudah mengingatkan kita dalam Al-Quran agar tidak berputus asa. Dalam surat Yusuf:87,Allah Subhanahu wataala berfirman,"Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir." Dan "Sesungguhnya Allah tidak merubah keaadaan suatu kaum sehingga mereka merubah sendiri(ArRad/13:11)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H