Mohon tunggu...
Umi Alfiatul Arfik
Umi Alfiatul Arfik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IAIN Kediri

Mahasiswa Ekonomi Syariah semester 3 IAIN Kediri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Suara Mahasiswa Ekonomi Syariah : ZIS sebagai Solusi Sosial

2 Januari 2025   06:40 Diperbarui: 2 Januari 2025   06:40 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mahasiswa ekonomi syariah sering mendengar tentang zakat, infak, dan sedekah (ZIS) sebagai bagian dari ajaran Islam yang berfungsi untuk membantu sesama. Namun, pernahkah kita membayangkan bagaimana konsep ini bisa menjadi solusi nyata untuk masalah sosial-ekonomi yang kita hadapi sekarang? Di tengah ketimpangan ekonomi dan angka kemiskinan yang masih tinggi, Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) sebenarnya bisa menjadi solusi yang efektif jika dikelola dengan baik. Namun, untuk mencapai hasil yang optimal, diperlukan pemikiran baru yang sesuai dengan perkembangan zaman. Tantangan saat ini menuntut pendekatan yang lebih kreatif dan modern, terutama agar generasi muda lebih tertarik untuk berpartisipasi.

Secara sederhana, zakat adalah kewajiban bagi Muslim yang mampu, sedangkan infak dan sedekah bersifat sukarela. Namun, semuanya memiliki tujuan yang sama, yaitu membantu orang yang membutuhkan dan menciptakan keseimbangan sosial. Dalam ajaran Islam,  zakat tidak hanya menyalurkan kekayaan dari yang mampu kepada yang membutuhkan, tetapi juga menjadi solusi untuk memberdayakan masyarakat. Konsep ini selaras dengan tujuan makro ekonomi syariah, yaitu menciptakan maqashid syariah (kemaslahatan umat) yang meliputi pemenuhan kebutuhan dasar, peningkatan kualitas hidup, dan pemerataan kesejahteraan. Misalnya, zakat tidak lagi hanya mengenai produk pertanian atau peternakan saja, tetapi juga dapat mencakup pendapatan profesional, saham, dan bahkan aset digital seperti mata uang kripto.

Di era digital, teknologi menjadi kunci dalam mempermudah pengelolaan Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS). Di lingkungan kampus, mahasiswa sering membahas bagaimana teknologi dapat memberikan solusi praktis dalam sistem pengelolaan dana ZIS. Salah satu contohnya adalah hadirnya aplikasi digital untuk pembayaran zakat. Aplikasi ini dirancang untuk membantu pengguna menghitung zakat dengan tepat, memilih program yang sesuai dengan minat mereka, serta memantau langsung penyaluran dana zakat secara transparan.

Melalui aplikasi tersebut, masyarakat dapat melihat bahwa dana yang mereka berikan disalurkan untuk berbagai program, seperti pendidikan, kesehatan, atau bantuan bencana. Teknologi ini tidak hanya mempermudah proses pembayaran, tetapi juga meningkatkan tingkat transparansi dan akuntabilitas lembaga pengelola zakat. Dengan begitu, kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan ZIS pun meningkat, yang pada akhirnya dapat mendorong partisipasi yang lebih luas.

Namun, teknologi saja tidak cukup untuk memastikan keberhasilan pengelolaan Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS). Pemahaman yang mendalam tentang pentingnya ZIS di kalangan masyarakat menjadi faktor pendukung yang sangat krusial. Sayangnya, literasi ZIS masih tergolong rendah di berbagai lapisan masyarakat. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa ekonomi syariah, kita memiliki tanggung jawab besar untuk berperan aktif dalam meningkatkan pemahaman ini. Langkah awal yang bisa dilakukan adalah memanfaatkan media sosial sebagai alat kampanye edukasi yang efektif. Dengan membuat konten menarik seperti infografis manfaat ZIS atau video pendek yang menjelaskan cara menghitung zakat, kita dapat menyampaikan informasi secara lebih mudah dipahami dan menjangkau audiens yang lebih luas.

Selain melalui media sosial, kita juga bisa memanfaatkan lingkungan kampus sebagai pusat edukasi tentang ZIS. Seminar, diskusi publik, atau workshop bertema zakat dapat menjadi wadah untuk mengedukasi mahasiswa dan masyarakat sekitar tentang peran ZIS dalam membangun ekonomi yang lebih adil dan berkeadilan. Kegiatan seperti ini tidak hanya meningkatkan literasi ZIS, tetapi juga membuka ruang diskusi untuk mengeksplorasi ide-ide kreatif dalam pengelolaannya. Dengan kolaborasi antara mahasiswa, dosen, dan lembaga zakat, kampus bisa menjadi motor penggerak literasi ZIS yang pada akhirnya akan memperkuat partisipasi masyarakat dalam praktik ZIS secara berkelanjutan.

Sebagai mahasiswa, kita tidak hanya memandang ZIS dari perspektif lokal, tetapi juga global. Isu-isu seperti ketimpangan ekonomi dan perubahan iklim sering menjadi bahan diskusi di kelas. Menariknya, ZIS dapat menjadi bagian dari solusi untuk masalah ini. Contohnya, dana zakat dapat digunakan untuk mendukung program berkelanjutan, seperti pengelolaan lingkungan atau bantuan kepada korban bencana alam. Di beberapa negara, zakat bahkan digunakan untuk mendanai proyek besar, seperti pembangunan rumah sakit atau pemberian beasiswa kepada pelajar kurang mampu. Jika kita mampu memanfaatkan dana zakat dengan baik, bayangkan bagaimana Indonesia dapat mengatasi masalah-masalah besar seperti kemiskinan dan pengangguran.

Di Indonesia, pemerintah telah mendukung pengelolaan zakat melalui lembaga resmi seperti Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Namun, peran pemerintah saja tidak cukup. Masih ada hambatan besar, salah satunya adalah kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat. Banyak orang masih ragu apakah dana zakat yang mereka berikan benar-benar sampai kepada yang membutuhkan. Sebagai mahasiswa, kita bisa membantu mengatasi masalah ini dengan mengedepankan transparansi dan akuntabilitas. Salah satu ide inovatif adalah penggunaan teknologi blockchain. Teknologi ini memungkinkan setiap donatur untuk melacak secara langsung ke mana dana mereka disalurkan dan dampaknya terhadap penerima. Dengan langkah ini, kepercayaan masyarakat dapat meningkat, sehingga partisipasi dalam ZIS pun bertambah.

Selain itu, generasi muda memiliki peran penting dalam pengelolaan ZIS. Kita bisa memulai dengan program pengumpulan zakat di lingkungan kampus atau menjadi relawan untuk membantu distribusi zakat ke daerah-daerah terpencil. Kampus juga dapat bekerja sama dengan lembaga zakat dalam menjalankan program pengabdian masyarakat berbasis ZIS. Dengan cara ini, mahasiswa dapat belajar sekaligus berkontribusi dalam memberikan dampak positif kepada masyarakat.

Untuk menjadikan ZIS lebih relevan dan efektif, kita perlu mengambil langkah nyata. Sebagai contoh, kita dapat memulai dengan hal-hal kecil, seperti mengajak teman-teman untuk menyisihkan uang jajan mereka untuk sedekah melalui platform digital. Kampanye sederhana di media sosial tentang pentingnya zakat juga bisa menjadi cara efektif untuk meningkatkan kesadaran. Selain itu, ide-ide kreatif seperti mengusulkan program baru kepada lembaga zakat juga dapat membantu memperluas jangkauan dan dampak dari program-program mereka.

Pendidikan memainkan peran yang sangat penting dalam mengembangkan kesadaran dan partisipasi terhadap Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS). Dengan meningkatkan literasi ZIS di kalangan mahasiswa, kita tidak hanya mencetak generasi yang lebih peduli terhadap sesama, tetapi juga yang lebih aktif dalam mengambil peran nyata di masyarakat. Pemahaman yang mendalam tentang pentingnya ZIS sebagai bagian dari ajaran agama sekaligus solusi sosial-ekonomi akan membentuk pola pikir mahasiswa untuk berkontribusi lebih signifikan. Dengan literasi yang baik, mereka dapat melihat ZIS bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai alat untuk menciptakan perubahan sosial yang lebih luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun