Mohon tunggu...
Umi Alfiatul Arfik
Umi Alfiatul Arfik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IAIN Kediri

Mahasiswa Ekonomi Syariah semester 3 IAIN Kediri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari Guru

26 November 2024   08:48 Diperbarui: 26 November 2024   08:49 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyalakan Lilin di Tengah Gelap

Di sebuah kota kecil yang berada di kaki gunung, berdiri sebuah perguruan tinggi bernama Akademi Pelita Bangsa. Akademi ini tak besar, hanya memiliki tiga gedung utama yang sudah mulai menua. Namun, di sana ada seorang dosen yang namanya selalu dikenang oleh mahasiswanya, yaitu Pak Arman.

Pak Arman adalah dosen Fisika yang telah mengajar selama lebih dari 25 tahun. Sosoknya sederhana: kemeja putih lusuh yang selalu dikenakan, sepatu hitam yang sedikit mengelupas di ujungnya, dan senyuman lembut yang selalu menghiasi wajahnya. Meski tampak biasa saja, ada satu hal yang luar biasa darinya: dedikasinya kepada pendidikan dan mahasiswanya.

Pak Arman hidup sederhana. Ia tinggal di rumah kontrakan kecil bersama istrinya, Bu Murni, yang menjual kue untuk membantu perekonomian keluarga. Penghasilannya sebagai dosen honorer jauh dari cukup, tetapi ia tidak pernah mengeluh.

Awal Perjuangan

Hari itu adalah awal semester baru. Pak Arman memasuki ruang kuliah dengan langkah ringan, membawa segepok kertas dan beberapa buku tebal yang telah usang. Di depan kelas, ia menatap para mahasiswanya dengan senyum hangat.

"Selamat pagi, anak-anak," sapanya.

"Selamat pagi, Pak!" jawab mereka serentak.

Pak Arman mulai mengajar dengan semangat seperti biasanya, menjelaskan konsep-konsep rumit Fisika dengan cara yang sederhana dan penuh cerita. Ia sering menggunakan benda-benda di sekitar sebagai alat bantu, mulai dari penghapus, gelas plastik, hingga tutup botol.

Namun, ia menyadari ada satu mahasiswa yang tampak gelisah di sudut kelas. Namanya Rio, seorang anak dari keluarga petani yang sering terlihat murung dan kurang percaya diri. Pak Arman tidak langsung bertanya hari itu, tetapi ia menyimpan perhatian khusus untuk Rio.

Setelah kelas selesai, Pak Arman mendekati Rio yang sedang berkemas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun