Mohon tunggu...
Umi Alfiatul Arfik
Umi Alfiatul Arfik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IAIN Kediri

Mahasiswa Ekonomi Syariah semester 3 IAIN Kediri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah di Penghujung Tahun

25 November 2024   08:52 Diperbarui: 25 November 2024   09:46 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cahaya Terakhir di Penghujung Tahun

Hujan deras mengguyur kota kecil itu sejak pagi. Awan kelabu menggantung rendah, seperti menyimpan duka yang mendalam. Dalam rumah kecil di ujung gang sempit, Aisyah duduk di dekat jendela, memandangi rintik hujan yang jatuh tanpa jeda. Di tangannya tergenggam sebuah foto lusuh---foto dirinya bersama sang ayah yang sedang tersenyum lebar, memegang layang-layang berwarna merah.

Ayah adalah segalanya bagi Aisyah. Ketika ibunya meninggal saat Aisyah berusia tiga tahun, Ayah mengambil peran ganda: menjadi pelindung sekaligus penghangat dalam hidupnya. Dengan segala keterbatasan, Ayah tak pernah mengeluh. Ia bekerja sebagai tukang becak, membawa pulang uang seadanya, namun penuh kasih.

Namun, hidup tidak pernah benar-benar adil. Tahun ini, penyakit kanker lambung merenggut kekuatan Ayah perlahan-lahan. Di penghujung tahun, kondisi Ayah semakin melemah. Uang tabungan yang seharusnya digunakan untuk keperluan Aisyah masuk SMA sudah habis untuk biaya berobat.

"Aisyah," panggil Ayah dari kamar. Suaranya lemah, hampir seperti bisikan.

Aisyah segera berlari masuk. Ia melihat Ayah terbaring di kasur tua dengan tubuh yang semakin kurus. Namun, senyum Ayah tetap sama---hangat dan penuh cinta.

"Iya, Yah? Apa yang Aisyah bisa bantu?" tanyanya sambil duduk di samping kasur.

"Ayah ingin lihat langit malam ini. Kalau hujannya reda, bisa temani Ayah keluar?"

Aisyah menelan ludah. Ia tahu bahwa tubuh Ayah terlalu lemah untuk keluar rumah. Namun, ia tak ingin mengecewakan Ayah.

"Tentu, Yah. Aisyah akan temani Ayah."

Hari beranjak sore, dan hujan perlahan reda. Dengan hati-hati, Aisyah membantu Ayah duduk di kursi roda. Mereka keluar ke halaman kecil di depan rumah. Langit mulai memperlihatkan warna jingga keemasan, menandai akhir hari dan tahun yang segera berganti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun