Dulu akupun seperti para pemudik itu. Berjejalan di stasiun KA, saat merantau ke Jakarta hendak pulang ke Surabaya.
Lalu berdesakan di Bandara juga saat merantau ke Bali, Manado dan Papua. Sungguh moment yang takkan terlupakan.
Kini semua itu tinggal kenangan. Setelah ayah dan ibu meninggal. Aku tidak lagi merasa mempunyai kampung halaman.Jauh dari tempat kelahiran.
Kalau lebaran kumaknai sebagai sarana bermaaf-maafan, maka kepada orang di sekitarkulah seharusnya aku lebih mendahulukan silaturrahmi meminta maaf, karena dengan tetangga dan para relasi setiap harinya aku berinteraksi. Tentu akan selalu ada kesalahanku, baik kusengaja atau tanpa kusadari.
Bukan ke kampung halaman tempatku berlebaran.
Dengan para kerabat di kampung, sudah lama aku tidak bergaul dengan mereka.
Cukuplah dengan bertelpon jika sekedar mengucapkan selamat hari raya.
Itu pilihan yang realistis bagiku.
Entah bagaimana menurut anada, para pembaca.
***
Selanat menunaikan ibadah puasa, dan bersiap lebaran, bagi yang mudik maupun yang tetap di rantau.