Pada binar-binar mata mereka, seberkas cahaya seakan melesat, menancap lekat di ulu hatiku.
Dalam, Â menghujam hingga ke dasar relung kalbu. Bahagia melihat senyumnya, menerima ucapan terimakasihnya, aku terharu.
Untuk sejenak kupejam mata. Menahan jatuhnya bulir-bulir rasa di dadaÂ
Amplop putih masih beberapa lagi di mejaku, lalu kupanggil maju satu persatu dari nama yang tertera.
"Selamat mudik kalian semua, semoga sedikit uang saku itu bermanfaat, jangan terlambat datang setelah lebaran,yaa.." kataku, mengakhiri pertemuan dengan para pekerja yang sudah kuanggap bagian keluarga.
Tanpa mereka, aku bukanlah siapa-siapa.Bersama mereka, rona hidupku menjadi lebih berwarna. Asaku, di sisa usia hidupku bernakna bagi sesama.
Dan menjelang lebaran seperti inilah, Â kesempatanku ada.
***
Sepi, sunyi, aku sendiri sekarang. Rumah panjang, kini lengang. Kamar-kamar kosong, ditinggal sementara oleh penghuninya.
Kurebahkan diri di sofa ruang tamu. Menghidupkan TV, di sana-sini ramai berita tentang situasi arus mudik.
Dan aku? Akan mudik ke mana?