Di rumah, ibuku sekarang juga tak banyak lagi waktunya bersamaku. Sejak menikah lagi, ada dua adikku, Ariel dan Arly yang belum bisa berjalan, ibuk semakin repot. Kalau pagi sebelum berangkat mengajar, mengurusi dulu dua adikku, dan aku? Â mempersiapkan keperluanku ke sekolah sendirian. Ah....mengapa tiba -tiba perasaanku begini ya. . ?
" Hai. . . . Yowa, ngapain bengong di sini?" Mbak Ipung menepuk pundakku mengagetkanku.
"Nggak ngapain, aku cuma melihat -lihat orang lewat dari teras ini, sambil menunggu mbak Ipung bangun tidur" sebisa mungkin kutepis rasa pedih di hatiku.Â
" Aku mau mandi dulu ah. . " cepat aku berlari ke belakang,kutinggalkan mbak Ipung yang kelihatannya agak heran degan perubahan di raut wajahku, mungkin.
Masuk ke kamar mandi, kututup pintu, kuhempaskan badanku bersandar di dinding. .Terasa panas wajah dan kedua mataku berkaca - kaca. Tanpa melepas baju, kuguyur air bergayung- gayung membasahi kepala. Nyeees. . . . kesejukan menjalari seluruh tubuhku. Bersabun dan bershampo, sesegera kuselesaikan mandi. Pelan - pelan kubuka pintu , keluar.Â
Astagaaaa. . . . mbak Ipung sudah diam -diam berdiri di depan pintu kamar mandi, menatapku tajam penuh selidik.Â
"Yow. . . . kamu kenapa? Â matamu merah itu, kamu menangis ya Yow? Â mbak Ipung mendekapku kencang sekali, duuuh. . . aku jadi terharu.Â
"Ngawur ah. . . . kena shampo sedikit tadi, apaan sih menangis " kulepaskan pelukannya, berusaha kutenangkan hatiku.Â
" Yo wes, ayo kita sarapan "ditariknya tanganku menuju ruang makan.Â
***
Di ruang depan, lho. . . kok bapak sudah ada di sini. Kulihat sedang bicara dengan Pak Lek Sum,bu Dhe dan Pak Dhe di teras.Apa mau menjemputku? Â padahal aku belum ingin pulang. Lebih krasan di sini bersama mbak Ipung.