Mohon tunggu...
irmaha ma
irmaha ma Mohon Tunggu... -

saat ingat Sang Khalik, merasa sepi dalam keramaian, merasa ramai dalam kesepian

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Suka Tidak Suka, Orang Selingkuh = Koruptor

4 Januari 2012   03:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:21 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Korupsi : kebejatan; ketidakjujuran; tidak bermoral; penyimpangan dari kesucian (The Lexicon Webster Dictionary, 1978).  Jadi kalau pelaku korupsi disebut koruptor boleh dong diartikan sebagai pelaku ketidakjujuran, amoral dan penyimpang dari kesucian (entah itu kesucian suatu perjanjian pernikahan, perjanjian pelaku dengan Tuhan saat bersyahadat atau kontrak pelaku dengan suatu lembaga atau perusahaan)

Selingkuh itu butuh waktu, tenaga dan dana, dan 3 hal tersebut semua orang boleh punya. Tapi masalahnya 3 hal tersebut siapa yang lebih berhak.

Pertama adalah hak Sang Pencipta. Waktu dan tenaga yang seharusnya digunakan peselingkuh untuk ibadah dipakai untuk selingkuh, uang yang seharusnya untuk bayar sedekah atau naik haji dipakai untuk traktir selingkuhannya atau bahkan sewa hotel..hiiiyy..

Kedua adalah hak keluarga (bagi yang sudah berkeluarga). Waktu dan tenaga seharusnya dipakai untuk melayani keluarga entah itu mengajak main, makan bersama atau mengajari anak atau becanda dengan istri atau suami malah dipakai untuk meladeni selingkuhannya. Uang yang seharusnya untuk memberi makan keluarga dan membayar sekolah (kalau bisa sampai setingi-tingginya) dipakai selingkuhannya.

Ketiga adalah hak perusahaan tempat dia bekerja baik dia sebagai karyawan atau pemilik. Waktu dan tenaga yang seharusnya digunakan untuk memikirkan kelangsungan atau meningkatkan pendapatan perusahaan dan kesejahteraan karyawan malah dipakai untuk memikirkan kelangsungan hubungannya dengan selingkuhannya. Uang yang seharusnya untuk menambah omzet atau menaikan gaji karyawan dipakai untuk beli baju dan rumah selingkuhannya.

Jadi??? masih mau ngeles...???

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun