Mohon tunggu...
Umi Fitria
Umi Fitria Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary Me

Seorang Ibu, wanita, teman, partner yang selalu ingin membuka hati dan pikiran untuk belajar tentang hidup. visit my blog on https://www.simpelmommy.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Susahnya Menasehati Orang Dewasa

1 November 2022   10:00 Diperbarui: 1 November 2022   10:03 1290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by cottonbro  on Pexels

Nasehat menasehati sudah menjadi hal yang lumrah dalam lingkup perilaku sosial masyarakat kita sehari – hari. Di dalam keluarga kita mendapatkan contoh bahwa salah satu kewajiban sebagai orang tua adalah menasehati anak bila anaknya bertindak di luar batas. Tidak hanya di lingkungan keluarga, namun meluas lagi di lingkungan sosial seperti misalnya dari yang lebih tua ke yang lebih muda, antara atasan dengan bawahan, bahkan antar sesama kawan atau sahabat, semua orang pasti pernah menasehati atau dinasehati dalam konteks untuk kebaikan.

Budaya masayarakat kita yang mengedepankan gotong royong dan ingin semuanya dilakukan bersama – sama adalah pilar mengapa orang suka saling menasehati satu sama lain, karena jangan sampai keutuhan yang dibangun atas dasar kebersamaan ini rusak karena satu dua orang yang berbuat tidak sesuai dengan prinsip dan norma yang dianut, sehingga ketakutan akan merusak tatanan ini yang membuat orang berusaha untuk tetap menjaga semuanya agar seimbang.

Itu bila dilihat dari gambaran besarnya, dalam skala kecil atau pribadi, orang menasehati orang lain karena mereka peduli dengan orang yang dinasehati, mereka tidak ingin orang yang dicintai dan dikasihi terjerumus atau terkebak dalam situasi yang pelik atau mereka ingin orang yang dicintai ini bisa lebih bertumbuh dan berkembang lebih baik dari dirinya yang sekarang, sehingga menasehati tidak selalu karena hal yang buruk, namun juga untuk leveling up kualitas pribadi yang dampaknya juga akan dirasakan pada kehidupan nya.

Rasa – rasanya memang mudah ya untuk menasehati, betul mudah bila yang dinasehati mau dan terbuka untuk menerima nasehat, namun bisa menjadi sangat sulit bahkan niat baik kita bisa berubah menjadi sumber petaka saat yang dinasehati belum siap dan mau untuk dinasehati. Suprioritas dalam hal ini rupanya juga turut mempengaruhi seseorang untuk mau atau tidak dalam menerima nasehat, biasanya orang dengan kedudukan atau marwah yang lebih tinggi akan mudah memberi nasehat dan peluang diterima nya lebih besar, yah minimal untuk didengarkan terlebih dahulu karena perkara mau atau tidak untuk menjalankan nasehat nya itu urusan lain ya. Orang dengan superioritas yang tinggi seperti orangtua ke anak, atasan ke bawahan, suami ke istri, pemimpin ke anggota dan sebagainya cenderung lebih mudah diterima dan didengar nasehatnya daripada kita menasehati orang yang berada di level yang sama bahkan lebih tinggi dari kita, jangan kan diterima, mau mendengar kan saja sudah lumayan.

Menasehati orang dewasa lebih complicated lagi karena mereka sudah mempunyai pola pikir dan pemahaman serta nilai – nilai yang membentuk diri mereka sehingga meksipun apa yang kita sampaikan sebenarnya baik untuk mereka, belum tentu itu baik menurut versi  mereka karena adanya believe system tadi. Orang dewasa juga cenderung mempunyai standar baik buruk dan benar salah versi dirinya sendiri sehingga memang dibutuhkan kebijaksanaan , keluasan hati serta empati untuk bisa menerima nasehat karena saat orang dewasa dinasehati, mereka akan terbentur dengan egonya sendiri sehingga itulah mengapa sulit untuk menasehati orang dewasa kalau memang bukan mereka sendiri yang mau membuka diri dan hati untuk menerimanya.

Tapi, bukan berarti kita berhenti menyuarakan hal yang positif kepada mereka, namun mungkin dengan cara yang berbeda. Orang dewasa cenderung tidak terlalu percaya dengan omongan karena mereka hanya akan menganggap itu teori, kalaupun kita harus menasehati secara verbal, maka kita harus benar – benar memilih diksi dan analogi yang tepat dalam pola pikir, logika dan cara pandang mereka, bila itu juga masih tidak berhasil maka satu – satu nya cara ya dengan ilmu keteladanan. Tak perlu banyak berkata – kata namun kita tunjukkan dengan perilaku, kita yang menjadi kata – kata itu sendiri, kita yang menajdi role model, aksi dan tindakan kita yang akan membuat mereka merasakan langsung dampaknya. 

Memang sulit dan sedikit mustahil untuk merubah orang lain kalau yang bersangkutan belum mempunyai awareness dan kesadaran untuk mau berubah karena bisa atau tidak itu hanya masalah teknis saja karena daya penggerak utamanya  adalah mau atau tidak untuk berubah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun