ibu lakukan saat anak-anak sudah mulai menginjak usia balita. Proses ini adalah langkah yang dilakukan untuk melatih kemandirian anak dengan mengenali apa itu rasa ingin buang air kecil dan besar, sehingga diharapkan saat anak sudah mulai mengenali dan paham, maka mereka sudah tidak perlu lagi menggunakan popok atau diapers setiap saat.
Toilet training adalah saah satu milestone yang biasa paraMengajari anak toilet traning memang susah-susah gampang karena kita juga harus jeli melihat kesiapan anak untuk bisa mulai diajarkan toilet training, baik dari sisi psikologi anak maupun kesiapan fisiknya. Dilansir dari laman IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), berikut adalah beberapa tanda bahwa anak sudah siap diajarkan toilet training:
- Anak mampu menirukan kita dan menunjukkan rasa tertarik untuk belajar.
- Anak sudah bisa mengembalikan benda-benda ke tempatnya, baik diminta maupun tidak.
- Anak sudah bisa menunjukkan tanda kemandirian dengan berkata tidak.
- Anak sudah mampu berjalan dan duduk dengan baik.
- Anak sudah mampu menyampaikan rasa ingin buang air (kecil atau besar).
- Anak sudah mampu melepas dan mengenakan pakaiannya.
Dari ke enam tanda di atas, mungkin tidak semua anak bisa menunjukkan tanda-tanda yang sama di usia tertentu ya, karena bagaimanapun juga perkembangan setiap anak itu unik dan berbeda-beda.Â
Jadi tidak bisa kita sama ratakan, cukup kita sebagai orangtua yang harus lebih menggali dan mengenali tanda-tanda tersebut untuk memastikan apakah anak kita sudah bisa dan siap diajarkan toilet training.
Pengalaman Mengajarkan Anak Toliet Training
Kali ini saya ingin sedikit sharing pengalaman saya mengajarkan toilet training pada anak, ini adalah pengalaman pertama saya sehingga tentu ada rasa cemas dan was-was kira-kira bagaimana ya prosesnya? Apakah lancar, struggling atau malah berantakan?Â
Berikut adalah langkah-langkah saya dalam memulai toilet training anak:
Melihat Kesiapan. Seperti yang sudah disinggung di awal tulisan, terdapat tanda-tanda yang bisa menjadi indikator seorang anak sudah siap dan bisa diajarkan toilet training, saya pribadi melihat dan mengamati anak saya sudah menunjukkan beberapa tanda yang membuat saya memutuskan untuk memulai latihan toilet training.Â
Saya memulai toilet training saat anak saya berusia dua tahun, bertepatan setelah masa menyapih. Menurut saya saat anak sudah bisa melewati masa penyapihan dan sudah tidak bergantung lagi dengan ASI, maka itu adalah momen atau masa kemandirian pertama anak, walaupun anak sudah bisa berjalan dan duduk di usianya yang 14 bulan, namun saya juga memepertimbangkan dari sisi psikologinya.
Komunikasi. Sebelum membulai toilet training, saya terlebih dahulu mengkomunikasikan pada anak bahwa kita akan belajar toilet training bersama, kita sampaikan pada anak bahwa dia sudah besar, sudah waktunya belajar buang air kecil dan besar di toilet dan tidak memakai popok lagi.Â
Komunikasi ini penting menurut saya agar anak paham dan tau bahwa dia akan diajarkan toilet training sehingga sebelum praktik kita sudah menanamkan pemahamannya dulu kepada anak, harapannya walaupun anak belum paham betul apa itu, namun upaya komunikasi ini juga sebagai jembatan untuk membangun bonding secara emosional dengan anak.
Mengenali ritme buang air kecil. Memulai toilet training bisa kita lakukan dengan tahapan buang air kecil dulu karena memang berbeda nanti antara mengajarkan buang air kecil dan besar.Â