Mohon tunggu...
Umi Saputri
Umi Saputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Motivator

Mahasiswi Tadris Biologi, IAIN Metro Lampung.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sepanjang Lidah

1 Oktober 2024   19:13 Diperbarui: 1 Oktober 2024   19:15 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat Membaca:)


Oleh: Kens Geo Danuarta
Hidup di Masyarakat menjadikan kita mahluk yang hampir tidak bisa lepas dari mata manusia, setiap gerak gerik yang kita lakukan hampir seluruh nya di amati manusia. Dan manusia adalah mahluk yang suka menilai, menganalisa, menanggapi sesuka hati mereka.
Maka sebuah rumus hidup yang harus kita pegang di dunia ini adalah jangan pernah melakukan sesuatu untuk hanya karna mencari penilaian baik nya manusia. Atau sebaliknya berhenti melakukan kebaikan hanya karna banyak di cibir manusia.
Coba perhatikan sebesar apa pengaruh ucapan manusia pada dirimu? Coba perhatikan juga apa yang akan kamu dapatkan dari mendengar dan mengikuti ucapan manusia yang kosong dari faidah-faidah? Ahli hikmah menyebutkan

 Janganlah engkau mempedulikan kata2 orang kepadamu kerana manusia itu akan terus bercakap dan membicarakan orang lain, termasuklah kepada orang yang telah mati di dalam kuburnya!
Bahkan di dalam kubur, seorang anak adam belum bisa terlepas dari perkatan perkataan receh manusia, lalu mengapa kamu masih memperdulikannya? Ingin kah kamu jadi orang yang sempurna di hadapan seluruh manusia tanpa celah? Demi Allah, bahkan seorang Muhammad shlallahu'alaihi wa salam manusia yang dapat pujian langsung dari Allah sang pencipta dan Rab semesta alam, tidak lepas dari celaan manusia, tidak lepas dari omongan-omongan receh manusia. Mengapa demikian coba perhatikan kalimat ini
     
Jangan hiraukan perkataan orang lain. Laron dan serangga selalu menyerang lampu yang bersinar.
Saat Nampak sinar mu maka jangan heran jika serangga menghampiri Cahaya itu. Dan begitu pun, saat kamu Nampak di hadapan manusia dengan aktifitas yang kamu lakukan, maka jangan heran omongan omongan receh dari mereka datang menghampiri mu. Ada dua model perkataan yang keluar dari lisan manusia. Pertama, model celaan dan hinaan dari manusia, apakah harus marah? Tidak, yang perlu kita lakukan pertama adalah koreksi dahulu celaan dan hinaan mereka, apakah memang benar yang mereka katakan itu buruk jika tetap ada pada diri kita? Jika yang mereka bicarakan memang sebuah keluputan dari kita, ya sudah tidak perlu marah, tidak perlu banyak klarifikasi, cukup berubah dengan meninggalkan apa yang tidak baik itu.

Tidak perlu juga harus kita tampak-tampakan perubahan itu kepada manusia, bukan kah akhirnya kitab justru mendapat keuntungan dari celaan dan hinaan itu? karna manausia cenderung tidak dapat melihat celah dan keluputan pada dirinya, dengan adanya hinaan dan cacian dari manusia itu, tahu lah kita bahwa kita memang luput dan salah. Bukan kah itu sudah lebih dari cukup untuk sekedar menanggapi receh nya ucapan manusia yang mencela kita? Lalu bagaimana dengan orang yang mencela kita padahal kita sudah berada di atas kebenaran? Cocok kira nya perkataan dari plato untuk menanggapi persoalan itu plato berkata "Si pengekor orang banyak tidak akan bisa menjadi orang besar". Pengekor orang banyak, yakni dia yang mengikuti kainginan manusia, bahkan mencoba selalu mengikuti semua perkataan manusia, dia ingin menjadi seorang yang seluruh manusia memujinya sehingga setiap perkataan manusia dia ikuti tanpa berfikir baik dan buruk, maka dial ah pengekor orang banyak yang tidak akan mungkin menjadi orang besar karenanya. Karena seorang yang besar adalah dia yang memiliki pendirian yang benar dan berani berada diatas pendirian itu bahkan manusia membencinya. "Dalam memilih sebuah pendirian kita tidak perlu takut akan di benci orang" Begitulah kata buya hamka dalam sebuah karya nya.
Kedua, model ucapan nasihat dari manusia, banyak manusia yang salah menanggapi dua macam ucapan manusia, kebanyakan mereka menanggapi semuanya sama yaitu tidak mau sama sekali mendengarkan. Padahal ini salah besar! Bahkan di dalam celaan manusia kita perlu dengarkan dan belajar dari celaan itu, lalu bagaimana dengan sebuah nasihat? Tentu saja, seperti kucing kelaparan saat menghampiri makanan, seperti itu juga seharusnya kita mendekat kepada siapa yang mau memberikan nasihat. Memang terkadang nasihat justru lebih pedih dari pada celaan, tapi bukan kah manusia baru akan berhenti jika sudah terluka? Atau bukan kah manusia baru akan mau menghindar jika sudah merasakan sakitnya? Maka luka dari nasihat itu lebih baik dari manis nya pujian yang mengesampingkan kekurangan yang kita miliki.

Kapan kita akan tahu letak kekurangan dan keluputan kita jika bukan dari nasihat yang menusuk? Maka sikapilah setiap nasihat dengan baik. Ambil setiap nasihat yang datang bahkan walau dari seorang yang kita anggap buruk sekalipun. Karna kebburukan nya itu urusanb antara dirinya dengan dirinya sendiri, sedangkan nasihat nya itu lah yang kita butuhkan untuk memperbaiki diri, bukan kah sudah masyhur di telinga kita sebuah ucapan "lihatlah apa yang di bicarakan dan jangan lihat siapa yang berbicara". Nyatanya setiap ucapan manusia baik pujian atau celaan hanya memilki pengaruh sepanjang lidah mereka, tidak besar kan? dan pengaruhnya bisa menjadi besar pada diri kita adalah bagaimana kita dalam menyikapinya. Celaan bisa menjadi bermanfaat bagi orang hebat, dan pujian akan meruntuhkan stiap orang yang mengekor kepada ucapan manusia.


Barakallahu fiikum

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun