Mohon tunggu...
UMI KULSUM
UMI KULSUM Mohon Tunggu... Guru - GURU SDN 2 LOGANDU KARANGGAYAM

Saya suka bersama anak anak , senang membaca serta berharap selalu mendapat ilmu baru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rahasia di Balik Wanginya Parfum yang Tercium

17 Juni 2024   21:56 Diperbarui: 17 Juni 2024   22:50 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Serunya Penjual Parfum yang Menantang
Suka duka penjual parfum yang bernama Molek di toko telah dirasakan sendiri. Penjual parfum tidak terlalu mengeluarkan tenaga ekstra. Karena pekerjaan cukup ringan  di ruang bersih dan tidak  membutuhkan otot besar.
Kerjanya hanya duduk diam menunggu pembeli datang, lalu melayaninya dengan senang hati.

Dengan senyuman yang ramah Molek sesekali merayu pembeli. Mudah juga ya jualan parfum, wangi semerbak aroma tercium di ruangan yang bersih.
Pembeli datang sewaktu -waktu saja. Senang banget menjadi pelayan toko parfum. Harus mampu berpenampilan menarik, cakep, elegan dan ringan tangan. Sabar dan teliti dalam pekerjaan yang dilakukan. Namun tidak boleh sembarangan kerja ikut orang.

Selain banyak aturan juga banyak perasaan yang berkecamuk di otak. Kok bisa, ya begitulah dikit saja kesalahan bisa dibesar-besarkan. Berat bukan, tentu saja ini menjadi tantangan bagi penjual parfum yang ikut orang dalam.
Kebetulan Molek menjadi penjual parfum. Pelayanan yang diberikan harus prioritas bagi pembeli. Selama menjalani pelayanan toko parfum ada duka yang tak bisa terlupakan begitu saja. Merasakan sensasi batin sendiri berkecamuk dan meringkuk.

Suatu hari pembeli datang membentak-bentak ingin beli parfum merk yang diinginkan. Namun karena Molek tidak hafal maka penjual harus bolak balik mengecek, membaca dan mengingat. Yach kalau daya ingat kuat tentu gak akan telmi nich hehe.
Sampai capek,lelah gak nemu harapan pembeli.

Akhirnya penjual parfum pasrah, duduk lagi kemudian beranjak mengatakan "lagi zonk, maaf ya bapak ibu", ucap Molek sembari menahan kepala pusing, sebab diwajibkan hapal semua aroma.

Kegelisahan  Molek Penjual Parfum
Berhubung kerja bersentuhan dengan aroma semerbak membuat kepala sering pening dan sakit berkunang-kunang karena sering mencium parfum yang hendak dibeli. Isi ulang parfum untuk pembeli memang tidak sulit, namun butuh konsentrasi.

Aktivitas lain yang wajib dilakukan penjual minyak wangi yaitu setiap saatnya adalah mencium, merasakan aroma yang dipilih. Tentu saja penjual harus  menghafal apa aroma yang jadi kesukaannya.

Pembeli juga suka memilih merek parfum yang diinginkan sendiri. Maka dari itu, penjual harus hafal aroma-aroma parfum. Makanya harus sesering mungkin mencium parfum. Selain itu ada pembeli yang menanyakan apa nama parfumnya, lalu untuk mengetahuinya Molek tentu saja dengan menciumnya satu per satu.

Kebiasaan Molek yang Mencium Parfum
Kebiasaan yang terjadi di toko mencium parfum inilah yang memuat penjual parfum menjadi mudah pusing dan sakit kepala mendadak. Dalam pikiran sesaat dikiranya gejala tersebut cuma keluhan biasa. Akan tetapi setelah ditanyakan ke beberapa rekan seprofesi ternyata mereka juga mengalami hal serupa. Ada juga yang sampai sakit perut, mual karena seringkali mencium wanginya parfum.

Membawa Gejala Tanya 
Dalam benak bertanya, kok bisa begitu ya? Lalu mencoba cari jawab ke sana kemari, kemudian bertanya kepada mbah Google yang setia menjawabnya. Beberapa informasi bisa disimpulkan bahwa jika sering mencium parfum bisa membuat jadi kelebihan zat kimia siapapun itu. Sedangkan orang yang kelebihan zat kimia ini akan merasakan gejala pusing, sakit kepala, pengin muntah, nyeri nggak karuan. Molek jadi tahu rahasia penjual parfum yang selama ini terdiam dalam lamunan. Semoga bermanfaat bersama cerita Molek

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun