Mohon tunggu...
UMI KULSUM
UMI KULSUM Mohon Tunggu... Guru - GURU SDN 2 LOGANDU KARANGGAYAM

Saya suka bersama anak anak , senang membaca serta berharap selalu mendapat ilmu baru

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pisang Gosong, Menanti Saji

4 Juni 2024   13:03 Diperbarui: 5 Juni 2024   11:18 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pisang panggang gosong (Tribun Manado-Tribunnews.com)

Kisah sesisir pisang,
yang tak sampai hati,
meninggalkan kenangan.


Saat duduk terdiam sepi,
menatap asa yang tertulis takbir misteri,
membaca kesunyian sepenuh hati,
ketika harapan terus berkobar  bersama mimpi.


Terhidang sesisir pisang matang,
terbungkus panggang harapan hilang,
lari terbakar api  ditempuh bayang,
aroma menggugah jiwa kosong.


Pisang terpanggang asap merindu,
bayangan warna pudar  tersentuh bara api,
mata menatapun tak mampu,
hanya sebatas angan yang tak bertepi,
menunggu manisnya bersabar tersaji.


Do'a tertahan begitu saja sebab gosongnya,
melihat pisang merindu berubah warna,
bayangan semu, rasakan pilu,
tak sengaja tega melukaimu.

Kebumen, 4 Juni 2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun