Mohon tunggu...
UMI KULSUM
UMI KULSUM Mohon Tunggu... Guru - GURU SDN 2 LOGANDU KARANGGAYAM

Saya suka bersama anak anak , senang membaca serta berharap selalu mendapat ilmu baru

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ratapan Kayu Bakar

23 Mei 2024   12:30 Diperbarui: 23 Mei 2024   12:34 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kayu yang terlantar di hutan (Sumber: Depositphotos)

Nasibku sepotong kayu bakar
Di belantara penuh liku dan liar
Hutan yang gersang  itulah rumahku
Rumah yang tanpa berjendela juga tak berpintu

Siang penat hiasi kehidupan yang menghimpit
Panas menyelimuti tubuh
Tubuh yang rapuh tak bersimpiuh
Meratapi segala rasa perih yang teramat sakit

Tubuhku diterpa angin dingin tak bertepi
Takdir memaksakan tinggal di belantara sepi
Jauh dari perhatian, sudah terlantar
Terkadang tertimpa hujan dan petir yang menyambar

Ada rasa iri memang kumemandang
Kayu yang mampu membuat asap dapur
Harus membiarkan air mata bercucur
Dada kuusap perlahan lahan
Menerima kenyataan yang malang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun